Mentari mulai muncul, memancarkan sinar cerahnya
dari ufuk timur, memberikan kehidupan baru bagi setiap makhluk di muka bumi
ini. Hujan yang turun pada malam itu tampak masih menggenangi lubang-lubang
yang ada di jalan depan asrama. Memberikan embun indah di jendela belakang
kamarku. Daun-daun pepohonanpun masih dihiasi oleh butiran-butiran air. Kicauan
riang dari burung-burungpun mulai terdengar saling bersahutan satu dengan
lainnya. Namun, hawa dingin yang masih menusuk membuatku malas terbangun dari
tempat tidurku.
“Ohayoo..”
Aku mulai menajamkan pendengarku dengan mata yang
masih tertutup, berusaha terbangun dengan suara yang berat dibalik jendela
kamar asramaku. Sejenak aku berpikir apa itu dia, dan memang benar. Itu adalah
Rangga, seseorang yang mulai terbiasa membangunkan ku di pagi hari sejak aku
bersamanya sekitar setahun yang lalu.
“Ohayoo..”
Kubalas ucapan selamat paginya dan berusaha membuka
gorden yang tertutup agar bisa melihat wajahnya. Ku lihat senyum itu tergambar
diwajahnya, walaupun aku sadar tak pantas seorang perempuan seperti diriku
memperlihatkan wajah buruk didepan lelaki seperti dirinya.
“Mandi, aku tunggu depan gerbang asrama!!”
Dia tersenyum sambil melangkah perlahan dan melambaikan
tangan ke arah ku. Belambaikan tangan kepada wanita pemalas seperti diriku.
“Jangan tunggu aku”
Dengan nada yang ku naikkan dan berusaha membuka
jendela lebar-lebar agar wajah ku bisa dilihat olehnya.
“Sudahlah, aku tunggu di sana”
Dia tetap saja orang yang keras kepala. Dia tetap
saja tersenyum ke arah ku dan menyuruhku agar lebih cepat tapi yang ku rasakan
hari itu seperti ada yang tetap menahan ku agar tak beranjak dari tempat tidur
itu.
Sekitar 5 menit aku tetap duduk diatas tempat
tidurku, memikirkan apa yang berbeda hari ini. Ku putar kembali otak ku dan
mengingat apa yang terjadi sebelum aku tertidur. Mata ku mengarah
kelangit-langit atap kamarku dan kutemukan sesuatu yang mengganjal itu. Aku
ingat sebelum tertidur aku melihat sepasang mata dilangit-langit atap itu.
Sepasang mata yang menggambar mimik sedih melihat ku malam itu dan mengunciku
dalam tidur yang sangat mengerikan.
Kuberusaha beranjak dari tempat tidur itu,
mempercepat langkah kaki ku menuju kamar mandi yang berada paling ujung di
asrama ku saat ini. Saat berjalan aku baru tersadar mengapa asrama terasa sepi
padahal sekarang sudah hampir jam masuk sekolah. Aku mulai memperhatikan
sekelilingku dan semua pintu kamar diasrama masih tertutup rapat. Ada apa
dengan hari ini ?, aku kembali berpikir kemana semua teman kamar ku, mengapa
aku tak melihatnya tadi saat pertama kali aku dibangunkan oleh Rangga, mengapa
Rangga ingin bertemu denganku hari ini ?. Aku kembali kekamar ku dan kulihat
semua tempat tidur kosong. Ku buka salah satu lemari dari temanku dan kulihat
baju-baju yang robek dengan bercak darah memenuhi lemari itu.
Aku mulai melangkah keluar dari kamarku dan melihat
semua kamar terbuka secara bersamaan. Tak kurasakan kaki ku lagi, aku seperti
melayang dikoridor itu. Lemari yang tepat berada didepanku mulai bergerak
sendiri. Aku ingin menutup mata namun tak bisa kulakukan. Lemari itu semakin
lama semakin membuat suara yang mengerikan dan seketika lemari itu berhenti
bergerak. Aku mulai mengambil nafas dalam-dalam dan tiba-tiba lemari itu
terbuka. Aku melihat seorang wanita keluar dari lemari itu, seorang wanita
dengan baju putih dan setangkai mawar putih ditangan kanannya. Dia mendekati ku
dan aku tak bisa bergerak, dia mendekat, sangat dekat hingga mata merah itu
tepat berada didepan mataku.
“Apa mau mu ?”
Aku mulai berbicara dengannya dan ia hanya tersenyum
sinis kearah ku.
“Apa mau mu ??”
Ku ulangi perkataan dan ia tetap saja tersenyum
sinis namun sekarang tangan kirinya menyentuh pipiku.
“Lepaskan”
Kupalingkan wajahku menjauhi tangan putih itu dan ia
mulai berbicara.
“Menghilang dan lepaskan semuanya”
Suara itu seketika membuat semua indra dalam dirimu
tak berfungsi, aku tumbang begitu saja dan tiba-tiba aku mendengar suara
seseorang.
“Ohayoo, bangun Putri”
Aku mulai tersadar itu adalah suara Rangga dan semua
yang terjadi adalah mimpi. Sebuah mimpi buruk dan aku berharap bukan pertanda
buruk karena hari ini adalah hari 1 tahun aku bersama Rangga.
“Rangga”
Mengembangkan senyum untuknya dibalik jendela itu
adalah hal yang manis untuk tidak mengingat mimpi itu lagi tapi seketika
semuanya kembali terulang.
“Aku tunggu didepan gerbang asrama Put”
Dia tersenyum sambil melangkah perlahan dan
melambaikan tangan kearahku persis seperti yang terjadi dalam mimpi.
Aku melihat seluruh isi ruang dikamar ku dan aku
masih bersyukur bisa melihat semua teman kamarku tertidur ditempat tidur mereka
masing-masing. Kubangunkan mereka satu persatu lalu kuambil alat mandi dan
berjalan menuju kamar mandi yang paling ujung diasrama.
Berjalan menuju kamar mandi dan melihat seluruh
aktivitas teman-teman dikoridor bisa sedikit mengubur mimpi buruk ku namun
tiba-tiba angin yang sangat dingin berhembus tepat diteliga kananku membuat
pemikiran aneh terulang kembali diotakku. Seketika ku gelengkan kepalaku dan
berpikir semua itu hanyalah hal yang biasa terjadi dan akhirnya aku masuk kekamar
mandi itu dan bersiap-siap secepat mungkin agar tak membuat Rangga menunggu
lama.
“Hari ini akan biasa-biasa saja”
Pikirku dalam hati saat hendak melangkahkan kaki
keluar dari asrama putri jenjang menengah atas tempat ku menimbah ilmu saat
ini. Aku berjalan menuju gerbang dimana Rangga menunggu namun ketika aku
menerawang dari jauh, aku melihat Rangga tak sendiri digerbang itu. Aku semakin
mempertajam penglihatanku dari jauh dan memang benar Rangga sedang bersama
seorang wanita yang sama dalam mimpiku. Seorang wanita dengan bunga mawar putih
sedang berada disamping Rangga.
“Rangga..”
Aku berusaha berlari dan meraih tangan Rangga tanpa
menoleh sedikitpun ke wanita itu.
“Kamu kenapa?”
Rangga sedikit kaget dengan sikapku yang langsung
menarik tangannya tanpa alasan.
“Tidak apa-apa, ayo kita kesekolah”
Walaupun dengan wajah yang masih keringatan tapi aku
berusaha menyembunyikan itu dari Rangga. Aku berusaha tak memalingkan wajah
kebelakang namun seperti ada magnet yang menyuruhku agar memutar badan ku
kembali dan ku lihat wanita itu melambaikan tangan kearahku dan berkata.
“Menglihang dan lepaskan semuanya, dia dan kebahagian
adalah milikku”
Aku gemetaran mendengar itu, ku raih tangan Rangga
dan membuatnya jauh dari gerbang itu. Mengapa wanita itu ingin menggambil
Rangga ?, mengapa dia ingin mengambil kebahagiaanku ?, siapa wanita itu ?.
Semua pertanyaan bergulir diotakku hingga pelajaran satu hari disekolah
terlewat begitu saja.
Akhirnya jam menunjukkan waktu untuk kembali
keasrama dan kulihat Rangga sudah menunggu didepan pintu kelas. Kami kembali
keasrama bersama-sama tapi Rangga harus berbelok menuju asrama putra sedangkan
aku lurus menuju gerbang asrama putri.
“Putri..”
Suara lirih memanggil namaku namun ketika aku
mencari dari mana suara itu, aku tak melihat siapapun disana. Kupercepat
langkahku namun seketika aku terhenti saat sebuah kalung berbentuk gembok tepat
terjatuh didepanku. Aku mengambil kalung itu dan kubawa masuk kedalam asrama.
“Gembok ?”
Aku memegangi
kalung itu dan kurasakan diriku melihat semua yang telah terkubur 5 tahun yang
lalu. Aku melihat seorang wanita dengan seragam sekolahku memegangi sebuah
mawar putih dan menunggu seseorang didepan gerbang asrama. Dia adalah wanita
yang telah menghilang diasrama putri tempatku saat ini. Saat aku melihatnya dia
menoleh kearahku seperti hendak menghentikan diriku melihat semuanya namun aku
tetap saja memerhatikan wanita itu.
“Ambil ini”
Kulihat seorang nenek berbaju hitam memberikan
kalung untuk wanita itu, sebuah kalung berbentuk gembok yang kutemukan
dikoridor tadi. Nenek itu memberikan kalung untuk mengubur seseorang yang akan
menjadi tubuh barunya dan itu adalah aku.
“Jangan..”
Teriakku untuk menghentikan gembok itu menuju
kearahku.
“Menghilanglah dan carilah tubuh baru untuk dirimu”
Wanita itu berjalan menjauh dari diriku dan
meninggalkan setangkai bunga mawar putih dihadapanku. Kulihat dia berjalan
dengan raga milikku dan aku menjadi roh yang terkunci dalam gembok itu.
Gembok itu menjadi gerbang dunia hitam tempatku
berdiri tanpa raga. Gembok itu adalah benda berdarah yang telah membunuh dan
menghilangkan banyak wanita diasrama.Gembok itu adalah pemisah kebahagian dan
merenggut semua yang telah diperjuangkan oleh wanita yang telah menemukan cinta
sejatinya.
Ragaku sekarang telah berlari dengan roh lain
didalamnya, jiwaku terkurung untuk melupakan masa lalu bahkan untuk melihat
Rangga melewati pagar asrama bersama diriku yang lain tak kuhiraukan lagi. Aku
hanya terpaku untuk mencari wanita yang menjadi tubuh baruku. Aku berubah
menjadi wanita yang haus darah dan kebahagian.
“Lepaskan aku”
Sesungguhnya rintihan jiwaku dalam gembok itu selalu
menyelimuti diriku yang terus berjalan dalam kegelapan asrama. Rintihan jiwa
yang terus menjadi penghapus memori masa lalu yang indah menjadi mitos
mengerikan yang telah berjalan diasrama.
Aku melupakan diriku.
Aku telah berubah menjadi wanita mawar putih itu.
Aku terus menyimpan kalung gembok itu.
Aku akan menunggu seseorang dari asrama itu untuk menggantikan aku dan
membebaskan jiwa suci dari gembok berdosa milik wanita yang tak bisa memahami
arti kehidupan dan hukum alam jika semua yang telah mati tidak akan bisa
dihidupkan dengan cara kotor seperti penyihir itu.
Cerpennya oke kak.
ReplyDelete