Nur Alya Tussa’ada
Suasana kelas
terdengar sangat ribut karena kebetulan guru yang mengajar dalam kelasku tak
masuk akibat suatu kepentingan tertentu.
Tak lama kemudian semua, siswa berlari ke bangku masing-masing
karena guru BP masuk ke kelas bersama seorang gadis yang sangat cantik, tenyata
dia adalah tetanggaku yang baru pindah kemarin dari desa.
Guru BP pun
mempersilahkan gadis itu untuk memperkenalkan diri, dan ternyata namanya Tika.
Dia berusia setahun lebih muda dariku sebab dia pernah menjadi siswi akselerasi dari suatu SMP yang ada di
kotanya .
Guru BP pun
mempersilahkan Tika untuk duduk di dekatku karena kebetulan ada satu bangku
kosong di sampingku. Aku pun mempersilahkan Tika duduk di sampingku dan
memperkenalkan diri
“Hai, namaku
Dewi dan selamat bergabung yah di sekolah kami ini.” Kataku sambil
bersalaman dengannya.
Dan
dia pun tersenyum dan berkata ”Kamu tinggal di mana Dewi?” Katanya dengan wajah
sedikit bingung.
Akupun
hendak membuatnya penasaran dengan tidak memberitahukan kepadanya bahwa aku ini
adalah tetangganya yang tak ia sadari karena ia baru pindah kemarin, mungkin
kemarin dia kecapean sehingga ia tak sempat mengenali wajahku ini.
“Aku tinggal di
suatu tempat dekat sini, nanti Kamu
juga akan tahu!” Kataku.
Tak lama
kemudian, di tengah percakapanku
dengan Tika, tiba-tiba guru yang mengajar mata pelajaran untuk hari ini masuk
ke kelas. Percakapanku
dengan Tika pun akhirnya
terhenti dan konsen ke mata pelajaran hari ini.
Pelajaran
hari ini sangat membosankan bagiku,
karena guru yang sedang mengajar saat itu adalah guru malas yang bisanya hanya
menyuruh mencatat tanpa menjelaskan.
Tak lama
kemudian di tengah sedang mencatat tiba-tiba ada seseorang yang melempar
kertas ke kepala ku
“Aduh! Siapa
yang melempar kertas ke kepalaku?” Sambil mengumumkan ke
teman-teman dengan suara yang agak kecil karena guru yang sedang mengajar hari
itu telah tertidur rupanya.
“Aku, maaf
yahh!” Kata
salah seorang teman kelasku yang usianya 2 tahun lebih tua dariku.
Dia
terlambat masuk sekolah, dan dia juga pernah
menganggur setahun karena kecelakaan ibunya yang tragis.
”Aduh
Reza, Kamu tuh kalau gak ada
kerjaan ya? Gak usah ngegangguin orang lain
dong. Malah pake kertas lagi, kelas
kitakan nantinya kotor kalau Kamu
suka buang sampah sembarangan seperti ini!”
Akupun
mengambil kertas tersebut dan membuangnya di tempat sampah yang kebetulan
berada di luar kelas.
“Pak izin keluar
membuang sampah!” Kataku.
Pak guru pun
memberi persetujuan dengan mengangguk, Aku langsung menuju keluar kelas untuk
membuang kertas itu, tapi tak sengaja aku melihat ada sepatah kata yang
tertulis di kertas itu .
”Hai Dewi, aku suka sama Kamu, Kamu mau nggak jadi
pacarku. Tertanda Reza.”
Dengan wajah
terkejut aku membuang kertas itu dan kembali masuk ke kelas seakan-akan aku tak
tahu apa-apa.
Tapi, Reza terus
menatapku dengan tatapan yang berbeda. Namun,
aku menghiraukannya dengan cara mengalihkan perhatian ke catatan yang sempat
aku tunda tadi.
Bel tertanda pulang
pun berbunyi, semua siswa bersorak gembira ingin cepat pulang dan tak mau
belajar lebih lama lagi karena kebetulan kelas yang aku tempati adalah kelas XII
Ipa yang paling terakhir di sekolahku yaitu XII Ipa 5, yang terkenal
siswa-siswinya itu adalah murid yang nakal dan malas belajar.
Karena guru
langsung keluar pada saat itu, ketua kelas pun tak sempat
menyiapkan, dan ikut bergegas pulang. Semua siswa telah keluar kelas kecuali
aku dan Tika, ternyata Tika menungguku karena
ingin melihat di mana aku tinggal.
Akupun
membereskan alat tulisku untuk segera bergegas keluar kelas. Aku dan Tika
pulang dengan berjalan kaki karena
jarak antara sekolah dan rumahku terbilang cukup dekat.
Di tengah perjalanan aku diserempet sepeda
motor tapi tiba-tiba ada seorang yang
menyelamatkanku dan orang yang menyelamatkanku langsung kabur. Tapi, sebelum dia pergi
jauh, aku sempat melihat wajahnya.
Ternyata dia adalah Reza. Akupun terjatuh dan berpikir tentang kejadian tersebut. Tika ikut terkejut dan
segera menolongku.
“Kamu
nggak apa-apa kan?” Tanya
Tika khawatir.
“Aku nggak
apa-apa kok. Oh iya rumahku berada di kompleks sini blok C.” Kataku.
Tika seketika
kaget dan berkata “Berarti
kita ini tetanggaan dong.” Katanya terkejut.
Akupun
mengangguk dan melanjutkan perjalanan.
Sesampainya
di depan rumah, aku pun memperlihatkan rumahku pada Tika.
“Ini rumahku!” Jawabku sambil menunjuk
rumahku.
Tika
langsung terkejut dan berkata “Aku
baru ingat kalau Kamu
ini tetanggaku, maaf yah kemarin aku gak sempat berkenalan denganmu
karena aku sangat kecapekan.” Kata Tika sambil tersenyum.
Ketika sedang
asyik bercakap-cakap dengan Tika.
Tiba-tiba dia dipanggil oleh
seseorang yang berada di rumahnya dengan nada suara yang tinggi dan Tika langsung berlari ketakutan tanpa
berpamitan denganku menuju rumahnya yang berada di samping rumahku itu.
Begitu
melihatku, Pak
Satpam langsung
membukakan pagar dan memberitahu kalau kedua orangtuaku sedang ke Eropa untuk
urusan bisnis. Dengan wajah yang murung aku masuk ke rumah lalu menuju kamar
dan termenung memikirkan orangtuaku yang lebih sibuk dengan bisnisnya tanpa
memerhatikanku dan di pertengahan renunganku, aku tiba-tiba mengingat Reza yang
menolongku tadi di perjalanan pulang.
Keesokan harinya aku hendak berencana ke sekolah dengan menggunakan
mobil dan diantar oleh
supir, karena masalah kemarin yang hampir tertabrak itu sampai ke telinga orangtuaku
sehingga mereka melarangku keluar sendiri tanpa ditemani oleh supir.
Aku bergegas ke sekolah, di perjalanan
menuju sekolah aku berbalik kearah rumah Tika, akupun terkejut melihat tulisan
yang ada di depan rumah Tika
(RUMAH INI MAU DIJUAL) aku sangat
terkejut dan bergegas ingin memastikan apakah Tika benar-benar pindah atau tidak, aku
berteriak memanggil namanya tapi tak ada jawaban.
Tiba-tiba
ada ibu-ibu tetangga sebelah menghampiriku dan berkata bahwa Tika telah kembali
ke kampungnya, karena dia sering disiksa oleh pamannya.
Aku kembali ke mobil dengan wajah yang
sedih karena teman yang baru saja aku kenal tiba-tiba pergi.
Tiba di sekolah
semua orang membicarakan tentang Tika, ternyata gosip tentang kepindahan Tika
telah beredar dan Aku hanya terdiam.
Tiba tiba reza
datang menghampiriku dan berkata “Sabar
ya Dewi, disini masih ada
aku yang akan menemanimu jika Kamu
kesepian.”
Lalu terdengar pengumuman
bahwa dua minggu ke depan
akan diadakan ulangan akhir semester. Aku hanya terdiam mendengar pengumuman
itu, karena aku tak pernah peduli akan ulangan
dan nilai yang akan ku peroleh, aku tak pernah peduli dengan hidupku sendiri.
Tiba-tiba aku
yang sudah sangat frustasi maju ke depan kelas dan memanggil Reza dan
berkata “Reza
kamu mau nggak jadi pacar ku?”
Reza
tersenyum dan berkata “Tentu
saja aku mau, aku sudah sejak lama memendamnya tapi ternyata Kamu juga punya rasa
yang sama.”
Aku dengan
ekspresi yang biasa-biasa saja karena sebenarnya aku tidak mencintai Reza. Aku
hanya merasa frustasi dan berani melakukan tindakan gila itu. Seketika semua
teman-teman bersorak dan berkata “Ciee….cieeee!!!”
Aku langsung bergegas
kembali ke bangku. Lalu Reza bergegas
berpindah di dekatku yaitu bangku milik Tika. Aku hanya terdiam dan
membiarkannya melakukan semua itu. Tak terasa bel berbunyi tanda pulang.
Tanpa keraguan Reza langsung menggegam tangan ku dan berkata “Kita pulang sama-sama
yah!”
Aku hanya
mengangguk dan tersenyum terpaksa, tapi kalau dilihat-lihat Reza memang lumayan ganteng. Dan sebenarnya dialah orang
terpintar di kelasku. Aku pulang ke rumah diantar oleh Reza.
Di
dalam mobil ketika perjalanan pulang dia selalu berusaha menghiburku dan
membuat lelucuan, walau aku tak pernah sedikitpun menunjukkan wajah tersenyum
tapi dia tak pernah patah semangat menghiburku.
Tak
lama kemudian dia bernyanyi dengan suaranya yang jelek yang bertujuan agar aku
dapat terhibur olehnya, tapi tetap saja aku tak pernah terhibur.
Tak lama
kemudian mobil terhenti didepan rumahku. Reza langsung membukakan pintu mobil
dan berpamitan pulang, tapi aku menarik tangannya dan melarangnya pulang dengan
tujuan menyuruhnya masuk ke rumah
dan membantuku mengerjakan tugas.
“Kamu mampir ke rumahku dulu, sebentar
saja. Kamu bisakan bantuin aku
ngerjain tugas!”
Lalu Reza
tersenyum dan berkata “Baiklah.”
Kamipun bergegas
masuk ke rumah
dan ternyata Bibi yaitu pembantu di rumahku telah menyiapkan makan siang dan
Reza dengan tindakan refleks langsung menuju ke meja makan
dan melahap makanan yang ada di meja makan tersebut.
Aku sangat
terkejut melihatnya, ternyata dia belum makan dari tadi pagi karena lupa membawa
uang jajan. Ketika sedang makan dia
kebelet ingin buang air kecil, dan diapun langsung menuju ke toilet.
Aku dengan
jahilnya mengerjai Reza dan memberikan obat pencuci perut ke dalam makanannya. Sesaat setelah
dari toilet,
Reza kembali melahap makanannya.
Akupun
tertawa dalam hati dan berkata “Ha..ha..ha..ha
rasain memang enak dikerjain.”
Reza melihat
kearahku dan bertanya “Kamu
kenapa senyum-senyum sendiri, memangnya ada yang lucu?”
Akupun sambil
senyum-senyum berkata “Kamu tuh sedang makan kok ingin buang air kecil.” Kataku sambil tertawa
dalam hati.
Setelah makan, akupun mengajak Reza
ke ruang tamu untuk mengerjakan tugas, ketika sedang mengerjakan tugas, rupanya
obat yang telah aku masukkan ke dalam makanannya telah bereaksi.
Seketika
dia langsung menuju toilet karena ingin BAB dan aku hanya tertawa melihatnya,
keluar toilet masuk kembali.
Kemudian, aku dengan jahilanya
pergi mendengar suara buang air dari toilet tempat Reza BAB dan wow terdengar
suara kentut yang sangat besar akupun tertawa mendengar semua itu.
Sudah
tiga kali Reza keluar masuk
toilet, akupun jenuh melihatnya seperti itu.
Sementara
menunggu Reza selesai dengan masalahnya itu aku pun berbaring di sofa sambil
memejamkan mata. Tak lama kemudian,
mungkin Reza juga sudah tidak sakit perut lagi.
Diapun menuju ke
ruang tamu untuk melanjutkan mengerjakan tugas.
Setibanya di
ruang tamu dia melihatku, dikiranya aku sedang tertidur lalu tiba-tiba dia
menyelimutiku dan sepertinya dia dengan asyik memotretku sedang tertidur
(tertidur bohongan), aku merasa wajahnya begitu dekat dengan wajahku, dan aku tiba-tiba
membuka mata dan dia langsung lompat menjauh dengan wajah yang memerah karena
malu Aku berpura-pura tidak tahu apa-apa dan berkata
“Apa
yang terjadi, apa aku sedang tertidur?”
Kataku dengan wajah yang seolah aku
tak tahu apa-apa , lalu Reza menjawab dengan gugup
“Ta..ta..diii
itu ada nyamuk yang menempel di pipimu, aku hendak ingin memukulnya tapi takut
kalau itu semua akan membuatu terbangun. Ya jadi aku mencoba untuk meniup
nyamuk itu. Eh kamu malah bangun, sumpah deh aku nggak macam-macam kok!!”
Katanya dengan gugup, akupun lega
mendengar pernyataannya itu karena kukira dia ingin macam-macam.
Kami
berduapun melanjutkan mengerjakan tugas yang sebenarnya bukan kami yang
mengerjakannya tapi hanya Reza seorang yang mengerjakannya, aku hanya tinggal
bermain-main, menggambar-gambar dan sebagainya, karena aku itu memang tipe orang
yang sangat malas belajar. Dalam mengerjakan tugas, Reza mengerjakannya dengan
serius dan teliti. Sekali-kali kulirik wajahnya sambil berkata dalam hati
“Kamu
memang baik, ganteng, cerdas, dan perhatian kepadaku. Tapi maaf ya aku gak
cinta sama kamu, maaf ya karena aku telah menjalani hubungan kita ini dengan
kepura-puraan.”
Lalu tiba-tiba Reza melihatku aku pun
langsung berpura-pura seakan-akan tak terjadi apa-apa dan ternyata dari tadi
Reza mengetahui kalau aku sedang memperhatikannya dan dia pun berkata dengan
maksud mengejekku
“Aku
ganteng kan, hemm memang tak salah kamu yang duluan menyatakan cinta padaku.”
Wajahku memerah dan dengan gengsi
aku menjawab
“Sorry
ya, kamu tuh yang duluan nembak aku. pake ngelempar kertas lagi aduh caramu
ituloh yang cemen banget. kamu pikir aku gak tau yahh kalau kamu tuh suka sama
aku sejak lama, jadi aku nembak kamu
depan kelas deh dengan maksud nunjukin ke kamu kalau aku itu berani dibanding
kamu!”
Reza bertepuk tangan mendengar
pernyataan ku, dan dengan bangga akupun tertawa. Walau didalam hati aku tahu
kalau sebenarnya dia hanya mengalah karena dia memang selalu mengalah demi aku.
Tak
terasa waktu berlalu, hari sudah gelap dan Reza berencana pulang kerumahnya.
Lalu tiba-tiba aku merasa sedih dan berkata
“Kamu bisa
tinggal sebentar lagi gak?”
Kataku dengan
harapan agar dia mau menemaniku yang kesepian dirumah ini. Reza pun dengan
bijaksana menelfon salah seorang teman perempuan untuk menemaniku, tapi tak
ada. dan karena bibi yang ada di rumah ku pulang kekampungnya ketika ia telah memasak dan beres-beres.
karena katanya ada acara keluarga yang penting.
Reza tak ingin
menemaniku di rumah karena katanya tak baik berlama-lama di rumah anak gadis
orang malam-malam begini. Akupun menatap Reza dengan penuh harapan, lalu Reza
mengambil keputusan dan berkata
“Baiklah
aku akan menemani mu Tapi hanya sampai kamu tertidur ya setelah itu aku akan
langsung pulang.”
Dengan gembira aku tak sadar
langsung memeluk Reza dan berkata
“Makasih
ya karena kamu udah mau menemaniku dirumah ini”
Tak lama kemudian aku tersadar
kalaau aku sedang memeluk Reza, lalu aku seketika mendorongnya dan berkata
“Sorry
ya tadi aku terbawa suasana”
Kataku dengan malu.
Reza pun
melanjutkan mengerjakan tugas yang belum selesai tapi aku yang sudah sangat
mengantuk dan tertidur di sofa. Reza yang tak tahu kalau aku tertidur dan
melanjutkan mengerjakan tugas dan di pertengahan mengerjakan tugas dia juga
ikut tertidur setelah melihatku tertidur pula.
Keesokan harinya
akupun terbangun dan ketika terbangun dari tidurku aku sangat kaget melihat
Reza yang juga tertidur.
“Reza
bangun……sudah pagi!”
Reza pun
terbangun dan kaget juga karena ternyata dia ketiduran ketika mengerjakan tugas.
Aku begitu malu karena pasti semalam Reza melihat gaya tidurku yang sangat
kacau. Tiba-tiba Reza bergegas pulang ke rumah karena hari ini ternyata masuk
sekolah.
Sesampainya
di sekolah kami kebetulan datang bersamaan. lalu tiba-tiba aku berlari kerah
kanan dan dia berlari kearah kiri. Dengan seketika kepala kami terbentur dan
kami pun ditertawai oleh para siswa siswi di sekolah. Aku yang dengan malunya
berlari kekelas karena Reza menuju ke kantin untuk membeli cemilan. Bel berbunyi
tanda masuk, Reza yang duduk di sampingku tak pernah berbicara sedikitpun. Lalu
aku ingin berbicara dengan tujuan agar suasananya tidak terlalu kaku. Ketika
aku hendak berbicara, Reza ternyata juga ingin berbicara. Dan dengan bijaksana
dia berkata
“Wanita duluan”
Akupun berbicara dan bertanya
“Kamu semalam
melihat gaya tidur ku ya??”
Tanyaku dengan penuh harapan. Dan
seketika dia menjawab
“Semalam
kamu tidur seperti jarum jam yang berputar, kamu juga mengigau entah apa itu
karena kurang jelas, dan yang lebih parah kamu itu kentut sambil tidur. Dan
mungkin itulah yang membuatku pinsan dan tertidur sampai pagi.”
Dan dengan malu aku menunduk.
Guru
masuk kedalam kelas dan menagih tugas yang kemarin, dan diperiksanya buku Reza
ternyata tugasnya belum selesai karena semalam ia tertidur, dan pastinya
tugasku itu juga belum selesai karena yang mengerjakan tugasku itu adalah Reza.
Reza dan Aku di panggil ke depan kelas karena jawaban kami sama persis Bahkan
titik komanya pun sama. Guru mengeluarkan kami berdua dari kelas dan selama berada di luar kelas kami hanya
bermain dan bersenang-senang. Lalu kami pergi ke perpustakaan untuk
berjalan-jalan dan membicarakan sesuatu. Ketika berada di perpustakaan aku
menyatakan sesuatu pada Reza
“Za
maaf yah selama ini aku tuh cuma pura-pura cinta sama kamu, maafin aku yah.
Tapi seka..”
Ketika aku hendak melanjutkan
pembicaraan ku tiba-tiba Reza memotongnya dan berkata
“Kalau
begitu kita sudahi saja hubungan ini. Lagipula aku juga mau kita putus kok,
soalnya kamu adalah cewek jorok, suka kentut ketika tidur, dan yang lebih
parahnya lagi aku melihatmu menyimpan obat pencuci perut kedalam makanan ku dan
sejak saat itu aku memang sudah tau, jadi kalau begitu kita sudahi saja ya”
Dengan ekspresi
kaget aku langsung berkata walau sebenarnya tak sesuai dengan hati. Karena
sebenarnya aku sudah terlanjur cinta pada Reza, tapi aku hanya gengsi
memberitahunya. Dan dengan beralasan gengsi itu aku berkata
“Baiklah,
memang ini yang aku inginkan sejak awal. Kalau begitu maafin aku selama ini
yang udah jadiin kamu pacar karena terpaksa”
Aku bergegas meninggalkan perpustakaan
dan menagis.
Tak
terasa sebulan telah berlalu ulangan pun diadakan dan seminggu setelah ulangan
hasil ulangan keluar. Reza mendapat peringkat 5 umum dan akan di pindahkan ke
XII 1 dan sementara aku yang malas
belajar berada di peringkat yang sangat jauh dari situ. Dan tak lama ada
pengumuman lagi yang menyatakan bahwa tiga bulan yang akan datang akan diadakan UAS dan UAN
bagi kela XII, akupun tak menghiraukannya karena aku memang tak pernah perduli.
Sebulan
berlalu menjadi dua bulan. Dan itu berlalu menjadi tiga bulan. UAS dan UAN diadakan. Setelah itu, tak lama kemudian pengumuman
kelulusan telah keluar Semua siswa lulus 100% Diantara siswa ada yang keluar
kota untuk berkuliah, ada juga yang hanya di kota ini. Dan ternyata Reza
mendapat beasiswa keluar negeri untuk melanjutkan kuliah sementara aku
melanjutkan kuliah di kota sendiri.
Tak
terasa sudah empat tahun aku berpisah dengan Reza dan selama itu aku masih
mancintainya seperti dulu, entah dia merasakan hal yang sama atau tidak. Aku
sudah tak peduli karena aku sudah berencana membuka lembaran baru karena aku
sudah sarjana kedokteran.
“Aku akan
menjadi dokter?”
Dengan masih
belum percaya aku mencubit diri sendiri. Dan ternyata ini bukan mimpi aku sangat
bingung karena aku ini anak yang bodoh. Tapi mungkin karena ketika kuliah aku
memang giat belajar karena aku memang ingin melupakan Reza dengan hidup bahagia
sebagai dokter yang cantik dan pintar, dan itu semua akan di mulai esok.
Dan keesokan
harinya aku bergegas kerumah sakit dan bertugas sebagai dokter yaitu lebih
tepatnya sebagai dokter kandungan. Sesampainya di rumah sakit aku di sambut
oleh dokter pemilik rumah sakit dengan ramah, dan ketika aku melihat wajah
dokter pemilik rumah sakit tempatku bertugas seketika aku sangat kaget karena
tak lain dan tak salah lagi dia adalah Reza. Dia begitu gagah dan hebat. Aku benar-benar
terkejut bertemu dengannya, apakah ini yang dinamakan takdir? Entahlah akupun
tak tahu dan tak ingin tahu setelah itu akupun bersalaman dengan semua petugas
rumah sakit tersebut termasuk Reza, dan ketika bersalaman dia memberiku surat.
Dan dalam surat itu dia ingin bertemu dengan ku di ruangannya setalah acara
bersalaman-salaman ini.
Ketika
aku mengetuk pintu ruangannya dan ada suara yang menyuruhku masuk kedalam
ruangan itu. Akupun masuk dan ternyata yang berada di ruangn itu adalah
Asistennya, Asisten tersebut menyuruhku ketaman pukul 20.00 karena katanya Dr.
Reza akan berada di sana pukul 20.00 nanti.
Jam
sudah menunjukkan pukul 20.00 aku bergegas ketaman, dan sesuai janjinya dia
telah datang disana tepat pukul 20.00 dia benar-benar sosok orang yang menepati
janji. Aku bergegas menghampirinya yang sedang duduk di kursi taman
“Hai, kamu apa
kabar?”
Sambil mengulurkan tangan kedepan.
Dan Reza pun menyalamiku dan digenggamnya tanganku dengan erat, sambil berkata
“Aku selalu
baik-baik saja, dan kamu sendiri bagaimana?”
Jawabnya
“Aku
juga baik!”
Jawabku sambil tersenyum. Reza pun
mempersilahkanku duduk di sampingnya sambil berkata
“Aku
tak bisa basa-basi lagi, karena aku memanggilmu kesini untuk memberitahukanmu
sesuatu!”
Jantungku
berdebar kencang mendengar pernyataan Reza, pasti Reza akan menyatakan
cintanya. Tak lama kemudian dia memasukkan tangan kedalam saku celanya,
dikeluarkannya undangan dan diberikannya undangan itu untukku, seketika sekujur
tubuhku rasanya hancur melihat undangan itu dan dan dia berkata padaku.
“Dewi, aku akan
menikah”
Seketika setelah mendengar semua
itu hatiku rasanya hancur berkeping-keping. Aku langsung berdiri dan sambil
menangis aku berkata
“Baiklah,
kalau memang itu sudah menjadi keputusanmu. Tapi yang harus kamu tahu aku itu
sangat mencintai mu, awalnya aku memang hanya ingin menjadilkanmu pelampiasan
karena aku sedang frustasi pada saat itu, jadi aku ingin memanfaatkanmu, tapi
itu semua tak sesuai rencana. Aku malahan jatuh cinta padamu. Baiklah mulai
saat ini aku akan berusaha melupakan mu, dan semoga kau dapat hidup bahagia bersama
dengan orang yang kamu cintai itu”
Setelah mengatakan hal itu aku
langsung bergegas meninggalkan tempat itu, lalu tiba-tiba Reza berlari
mengejarku dan menarik tanganku, dipelukku dengan erat smbil berkata
“Bisakah kau tak usah melupakan ku, bisakah kau tetap
mencintaiku!”
Dengan kebingungan aku mendorong
Reza yang sedang memelukku dengan berkata
“Apa maksudmu?”
Lalu ditunjukkannya undangan
pernikahan tersebut dan dia menyuruhku untuk membacanya baik-baik, akupun
membacanya dengan teliti dan ternyata di undangan tersebut tertulis dengan
jelas bahwa sebenarnya yang ingin dinikahi oleh Reza adalah aku. Ya Allah ini
benar-benar takdirmu yang tak terduga sama sekali, kupikir dia akan menikah
dengan orang lain. Seketika hatiku rasanya berbunga-bunga, dan Reza memegangi
tangan ku dan berlutut di hadapanku lalu mengambil cincin yang ada di saku
celananya, kemudian melamarku
“Dewi gina
fajri, maukah kau menikah denganku?”
Katanya dengan jelas, dan akupun
tak dapat berkata-kata lagi aku hanya dapat mengangguk kepala sambil tersenyum,
dan Reza memasangkan cincin pada jari manis kiriku seketika lampu-lampu menyala
menghiasi taman dan kembang api beterbangan menghiasi langit di malam yang
indah ini, ternyata reza sudah menyiapkan semua ini sejak SMA, Reza memelukku
dan mencium keningku.
Beberepa
bulan kemudian, kami pun melaksanakan acara pernikahan kami dan dari pernikahan
itu lahirlah seorang gadis kecil bernama rewi gina reza, yang kata rewi itu
diambil dari nama kedua orangtua nya yaitu Reza dan Dewi.
Akhirnya
cintaku pun bisa menyatuh dengan Reza, sungguh butuh perjuangan bagiku sampai
pada titik ini dan akhirnya benar kata pepatah bahwa jodoh tak kemana.
*Selesai*
cerita yang menarik
ReplyDeletemungkin akan lebih baik jika tidak bertemakan tentang percintaan
atau cerita yang berisikan motivasi kehidupan
TERIMA KASIH