Monday, 6 October 2014

CINTA TAPI GENGSI



Nur Alya Tussa’ada
Suasana kelas terdengar sangat ribut karena kebetulan guru yang mengajar dalam kelasku tak masuk akibat suatu kepentingan tertentu. Tak lama kemudian semua, siswa berlari ke bangku masing-masing karena guru BP masuk ke kelas bersama seorang gadis yang sangat cantik, tenyata dia adalah tetanggaku yang baru pindah kemarin dari desa.
Guru BP pun mempersilahkan gadis itu untuk memperkenalkan diri, dan ternyata namanya Tika. Dia berusia setahun lebih muda dariku sebab dia pernah menjadi siswi akselerasi dari suatu SMP yang ada di kotanya .
Guru BP pun mempersilahkan Tika untuk duduk di dekatku karena kebetulan ada satu bangku kosong di sampingku. Aku pun mempersilahkan Tika duduk di sampingku dan memperkenalkan diri
“Hai, namaku Dewi dan selamat bergabung yah di sekolah kami ini.” Kataku sambil bersalaman dengannya.
Dan dia pun tersenyum dan berkata ”Kamu tinggal di mana Dewi?” Katanya dengan wajah sedikit bingung.
Akupun hendak membuatnya penasaran dengan tidak memberitahukan kepadanya bahwa aku ini adalah tetangganya yang tak ia sadari karena ia baru pindah kemarin, mungkin kemarin dia kecapean sehingga ia tak sempat mengenali wajahku ini.
“Aku tinggal di suatu tempat dekat sini, nanti Kamu juga akan tahu!” Kataku.
Tak lama kemudian, di tengah percakapanku dengan Tika, tiba-tiba guru yang mengajar mata pelajaran untuk hari ini masuk ke kelas. Percakapanku dengan Tika pun akhirnya terhenti dan konsen ke mata pelajaran hari ini.
            Pelajaran hari ini sangat membosankan bagiku, karena guru yang sedang mengajar saat itu adalah guru malas yang bisanya hanya menyuruh mencatat tanpa menjelaskan.
Tak lama kemudian di tengah sedang mencatat tiba-tiba ada seseorang yang melempar kertas ke kepala ku
Aduh! Siapa yang melempar kertas ke kepalaku?” Sambil mengumumkan ke teman-teman dengan suara yang agak kecil karena guru yang sedang mengajar hari itu telah tertidur rupanya.
 “Aku, maaf  yahh!Kata salah seorang teman kelasku yang usianya 2 tahun lebih tua dariku.
Dia terlambat masuk sekolah, dan dia juga pernah menganggur setahun karena kecelakaan ibunya yang tragis.
”Aduh Reza, Kamu tuh kalau gak ada kerjaan ya? Gak usah  ngegangguin orang lain
dong. Malah pake kertas lagi, kelas kitakan nantinya kotor kalau Kamu suka buang sampah sembarangan seperti ini!”
            Akupun mengambil kertas tersebut dan membuangnya di tempat sampah yang kebetulan berada di luar kelas.
“Pak izin keluar membuang sampah!” Kataku.
Pak guru pun memberi persetujuan dengan mengangguk, Aku langsung menuju keluar kelas untuk membuang kertas itu, tapi tak sengaja aku melihat ada sepatah kata yang tertulis di kertas itu .
”Hai Dewi, aku suka sama Kamu, Kamu mau nggak jadi pacarku. Tertanda Reza.
Dengan wajah terkejut aku membuang kertas itu dan kembali masuk ke kelas seakan-akan aku tak tahu apa-apa.
Tapi, Reza terus menatapku dengan tatapan yang berbeda. Namun, aku menghiraukannya dengan cara mengalihkan perhatian ke catatan yang sempat aku tunda tadi.
Bel tertanda pulang pun berbunyi, semua siswa bersorak gembira ingin cepat pulang dan tak mau belajar lebih lama lagi karena kebetulan kelas yang aku tempati adalah kelas XII Ipa yang paling terakhir di sekolahku yaitu XII Ipa 5, yang terkenal siswa-siswinya itu adalah murid yang nakal dan malas belajar.
Karena guru langsung keluar pada saat itu, ketua kelas pun tak sempat menyiapkan, dan ikut bergegas pulang. Semua siswa telah keluar kelas kecuali aku dan Tika, ternyata Tika menungguku karena ingin melihat di mana aku tinggal.
Akupun membereskan alat tulisku untuk segera bergegas keluar kelas. Aku dan Tika pulang dengan berjalan kaki karena jarak antara sekolah dan rumahku terbilang cukup dekat. 
 Di tengah perjalanan aku diserempet sepeda motor tapi tiba-tiba ada seorang  yang menyelamatkanku dan orang yang menyelamatkanku langsung kabur. Tapi, sebelum dia pergi jauh, aku sempat  melihat wajahnya. Ternyata dia adalah Reza. Akupun terjatuh dan berpikir tentang  kejadian tersebut. Tika ikut terkejut dan segera menolongku.
Kamu nggak apa-apa kan?” Tanya Tika khawatir.
“Aku nggak apa-apa kok. Oh iya rumahku berada di kompleks sini blok C.” Kataku.
Tika seketika kaget dan berkataBerarti kita ini tetanggaan dong.” Katanya terkejut.
            Akupun mengangguk dan melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di depan rumah, aku pun memperlihatkan rumahku pada Tika.
Ini rumahku!” Jawabku sambil menunjuk rumahku.
Tika langsung terkejut dan berkata Aku baru ingat kalau Kamu ini tetanggaku, maaf yah kemarin aku gak sempat berkenalan denganmu karena aku sangat kecapekan.” Kata Tika sambil tersenyum.
Ketika sedang asyik bercakap-cakap dengan Tika. Tiba-tiba dia dipanggil oleh seseorang yang berada di rumahnya dengan nada suara yang tinggi dan Tika langsung berlari ketakutan tanpa berpamitan denganku menuju rumahnya yang berada di samping rumahku itu.
Begitu melihatku, Pak Satpam langsung membukakan pagar dan memberitahu kalau kedua orangtuaku sedang ke Eropa untuk urusan bisnis. Dengan wajah yang murung aku masuk ke rumah lalu menuju kamar dan termenung memikirkan orangtuaku yang lebih sibuk dengan bisnisnya tanpa memerhatikanku dan di pertengahan renunganku, aku tiba-tiba mengingat Reza yang menolongku tadi di perjalanan pulang.
 Keesokan harinya aku hendak berencana ke sekolah dengan menggunakan mobil dan diantar oleh supir, karena masalah kemarin yang hampir tertabrak itu sampai ke telinga orangtuaku sehingga mereka melarangku keluar sendiri tanpa ditemani oleh supir.
Aku bergegas ke sekolah, di perjalanan menuju sekolah aku berbalik kearah rumah Tika, akupun terkejut melihat tulisan yang ada di depan rumah Tika (RUMAH INI MAU DIJUAL) aku sangat terkejut dan bergegas ingin memastikan apakah Tika benar-benar pindah atau tidak, aku berteriak memanggil namanya tapi tak ada jawaban.
Tiba-tiba ada ibu-ibu tetangga sebelah menghampiriku dan berkata bahwa Tika telah kembali ke kampungnya, karena dia sering disiksa oleh pamannya.
Aku kembali ke mobil dengan wajah yang sedih karena teman yang baru saja aku kenal tiba-tiba pergi.
Tiba di sekolah semua orang membicarakan tentang Tika, ternyata gosip tentang kepindahan Tika telah beredar dan Aku hanya terdiam.
Tiba tiba reza datang menghampiriku dan berkata “Sabar ya Dewi, disini masih ada aku yang akan menemanimu jika Kamu kesepian.”
Lalu terdengar pengumuman bahwa dua minggu ke depan akan diadakan ulangan akhir semester. Aku hanya terdiam mendengar pengumuman itu, karena aku tak pernah peduli akan ulangan dan nilai yang akan ku peroleh, aku tak pernah peduli dengan hidupku sendiri.
Tiba-tiba aku yang sudah sangat frustasi maju ke depan kelas dan memanggil Reza dan berkata “Reza kamu mau nggak jadi pacar ku?”
Reza tersenyum dan berkata “Tentu saja aku mau, aku sudah sejak lama memendamnya tapi ternyata Kamu juga punya rasa yang sama.”
Aku dengan ekspresi yang biasa-biasa saja karena sebenarnya aku tidak mencintai Reza. Aku hanya merasa frustasi dan berani melakukan tindakan gila itu. Seketika semua teman-teman bersorak dan berkata “Ciee….cieeee!!!”
Aku langsung bergegas kembali ke bangku. Lalu Reza bergegas berpindah di dekatku yaitu bangku milik Tika. Aku hanya terdiam dan membiarkannya melakukan semua itu. Tak terasa bel berbunyi tanda pulang.
Tanpa keraguan  Reza langsung menggegam tangan ku dan berkata “Kita pulang sama-sama yah!”
Aku hanya mengangguk dan tersenyum terpaksa, tapi kalau dilihat-lihat Reza memang  lumayan ganteng. Dan sebenarnya dialah orang terpintar di kelasku. Aku pulang ke rumah diantar oleh Reza.
Di dalam mobil ketika perjalanan pulang dia selalu berusaha menghiburku dan membuat lelucuan, walau aku tak pernah sedikitpun menunjukkan wajah tersenyum tapi dia tak pernah patah semangat menghiburku.
Tak lama kemudian dia bernyanyi dengan suaranya yang jelek yang bertujuan agar aku dapat terhibur olehnya, tapi tetap saja aku tak pernah terhibur.
Tak lama kemudian mobil terhenti didepan rumahku. Reza langsung membukakan pintu mobil dan berpamitan pulang, tapi aku menarik tangannya dan melarangnya pulang dengan tujuan menyuruhnya masuk ke rumah dan  membantuku mengerjakan tugas.
“Kamu mampir ke rumahku dulu, sebentar saja. Kamu bisakan bantuin aku ngerjain tugas!
Lalu Reza tersenyum dan berkata “Baiklah.”
Kamipun bergegas masuk ke rumah dan ternyata Bibi yaitu pembantu di rumahku telah menyiapkan makan siang dan  Reza dengan tindakan refleks langsung menuju ke meja makan dan melahap makanan yang ada di meja makan tersebut.
Aku sangat terkejut melihatnya, ternyata dia belum makan dari tadi pagi karena lupa membawa uang  jajan. Ketika sedang makan dia kebelet ingin buang air kecil, dan diapun langsung menuju ke toilet.
Aku dengan jahilnya mengerjai Reza dan memberikan obat pencuci perut ke dalam makanannya. Sesaat setelah dari toilet, Reza  kembali melahap makanannya.
Akupun tertawa dalam hati dan berkata “Ha..ha..ha..ha rasain memang enak dikerjain.
Reza melihat kearahku dan bertanya “Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, memangnya ada yang lucu?
Akupun sambil senyum-senyum berkata “Kamu tuh sedang makan kok ingin buang air kecil. Kataku sambil tertawa dalam hati.
Setelah makan, akupun mengajak Reza ke ruang tamu untuk mengerjakan tugas, ketika sedang mengerjakan tugas, rupanya obat yang telah aku masukkan ke dalam makanannya  telah bereaksi.
Seketika dia langsung menuju toilet karena ingin BAB dan aku hanya tertawa melihatnya, keluar toilet masuk kembali.
Kemudian, aku dengan jahilanya pergi mendengar suara buang air dari toilet tempat Reza BAB dan wow terdengar suara kentut yang sangat besar akupun tertawa mendengar semua itu.
Sudah tiga kali Reza keluar masuk toilet, akupun jenuh melihatnya seperti itu.
Sementara menunggu Reza selesai dengan masalahnya itu aku pun berbaring di sofa sambil memejamkan mata. Tak lama kemudian, mungkin Reza juga sudah tidak sakit perut lagi.
Diapun menuju ke ruang tamu untuk melanjutkan mengerjakan tugas.
Setibanya di ruang tamu dia melihatku, dikiranya aku sedang tertidur lalu tiba-tiba dia menyelimutiku dan sepertinya dia dengan asyik memotretku sedang tertidur (tertidur bohongan), aku merasa wajahnya begitu dekat dengan wajahku, dan aku tiba-tiba membuka mata dan dia langsung lompat menjauh dengan wajah yang memerah karena malu Aku berpura-pura tidak tahu apa-apa dan berkata
“Apa yang terjadi, apa aku sedang tertidur?”
Kataku dengan wajah yang seolah aku tak tahu apa-apa , lalu Reza menjawab dengan gugup
“Ta..ta..diii itu ada nyamuk yang menempel di pipimu, aku hendak ingin memukulnya tapi takut kalau itu semua akan membuatu terbangun. Ya jadi aku mencoba untuk meniup nyamuk itu. Eh kamu malah bangun, sumpah deh aku nggak macam-macam kok!!”
Katanya dengan gugup, akupun lega mendengar pernyataannya itu karena kukira dia ingin macam-macam.
            Kami berduapun melanjutkan mengerjakan tugas yang sebenarnya bukan kami yang mengerjakannya tapi hanya Reza seorang yang mengerjakannya, aku hanya tinggal bermain-main, menggambar-gambar dan sebagainya, karena aku itu memang tipe orang yang sangat malas belajar. Dalam mengerjakan tugas, Reza mengerjakannya dengan serius dan teliti. Sekali-kali kulirik wajahnya sambil berkata dalam hati
“Kamu memang baik, ganteng, cerdas, dan perhatian kepadaku. Tapi maaf ya aku gak cinta sama kamu, maaf ya karena aku telah menjalani hubungan kita ini dengan kepura-puraan.”
Lalu tiba-tiba Reza melihatku aku pun langsung berpura-pura seakan-akan tak terjadi apa-apa dan ternyata dari tadi Reza mengetahui kalau aku sedang memperhatikannya dan dia pun berkata dengan maksud mengejekku
“Aku ganteng kan, hemm memang tak salah kamu yang duluan menyatakan cinta padaku.”
Wajahku memerah dan dengan gengsi aku menjawab
Sorry ya, kamu tuh yang duluan nembak aku. pake ngelempar kertas lagi aduh caramu ituloh yang cemen banget. kamu pikir aku gak tau yahh kalau kamu tuh suka sama aku sejak lama,  jadi aku nembak kamu depan kelas deh dengan maksud nunjukin ke kamu kalau aku itu berani dibanding kamu!”
Reza bertepuk tangan mendengar pernyataan ku, dan dengan bangga akupun tertawa. Walau didalam hati aku tahu kalau sebenarnya dia hanya mengalah karena dia memang selalu mengalah demi aku.
            Tak terasa waktu berlalu, hari sudah gelap dan Reza berencana pulang kerumahnya. Lalu tiba-tiba aku merasa sedih dan berkata
“Kamu bisa tinggal sebentar lagi gak?”
Kataku dengan harapan agar dia mau menemaniku yang kesepian dirumah ini. Reza pun dengan bijaksana menelfon salah seorang teman perempuan untuk menemaniku, tapi tak ada. dan karena bibi yang ada di rumah ku pulang kekampungnya  ketika ia telah memasak dan beres-beres. karena katanya ada acara keluarga yang penting.
Reza tak ingin menemaniku di rumah karena katanya tak baik berlama-lama di rumah anak gadis orang malam-malam begini. Akupun menatap Reza dengan penuh harapan, lalu Reza mengambil keputusan dan berkata
“Baiklah aku akan menemani mu Tapi hanya sampai kamu tertidur ya setelah itu aku akan langsung pulang.”
Dengan gembira aku tak sadar langsung memeluk Reza dan berkata
“Makasih ya karena kamu udah mau menemaniku dirumah ini”
Tak lama kemudian aku tersadar kalaau aku sedang memeluk Reza, lalu aku seketika mendorongnya dan berkata
Sorry ya tadi aku terbawa suasana”
Kataku dengan malu.
Reza pun melanjutkan mengerjakan tugas yang belum selesai tapi aku yang sudah sangat mengantuk dan tertidur di sofa. Reza yang tak tahu kalau aku tertidur dan melanjutkan mengerjakan tugas dan di pertengahan mengerjakan tugas dia juga ikut tertidur setelah melihatku tertidur pula.
Keesokan harinya akupun terbangun dan ketika terbangun dari tidurku aku sangat kaget melihat Reza yang juga tertidur.
“Reza bangun……sudah pagi!”
Reza pun terbangun dan kaget juga karena ternyata dia ketiduran ketika mengerjakan tugas. Aku begitu malu karena pasti semalam Reza melihat gaya tidurku yang sangat kacau. Tiba-tiba Reza bergegas pulang ke rumah karena hari ini ternyata masuk sekolah.
            Sesampainya di sekolah kami kebetulan datang bersamaan. lalu tiba-tiba aku berlari kerah kanan dan dia berlari kearah kiri. Dengan seketika kepala kami terbentur dan kami pun ditertawai oleh para siswa siswi di sekolah. Aku yang dengan malunya berlari kekelas karena Reza menuju ke kantin untuk membeli cemilan. Bel berbunyi tanda masuk, Reza yang duduk di sampingku tak pernah berbicara sedikitpun. Lalu aku ingin berbicara dengan tujuan agar suasananya tidak terlalu kaku. Ketika aku hendak berbicara, Reza ternyata juga ingin berbicara. Dan dengan bijaksana dia berkata
“Wanita duluan”
Akupun berbicara dan bertanya
“Kamu semalam melihat gaya tidur ku  ya??”
Tanyaku dengan penuh harapan. Dan seketika dia menjawab
“Semalam kamu tidur seperti jarum jam yang berputar, kamu juga mengigau entah apa itu karena kurang jelas, dan yang lebih parah kamu itu kentut sambil tidur. Dan mungkin itulah yang membuatku pinsan dan tertidur sampai pagi.”
 Dan dengan malu aku menunduk.
            Guru masuk kedalam kelas dan menagih tugas yang kemarin, dan diperiksanya buku Reza ternyata tugasnya belum selesai karena semalam ia tertidur, dan pastinya tugasku itu juga belum selesai karena yang mengerjakan tugasku itu adalah Reza. Reza dan Aku di panggil ke depan kelas karena jawaban kami sama persis Bahkan titik komanya pun sama. Guru mengeluarkan kami berdua dari kelas   dan selama berada di luar kelas kami hanya bermain dan bersenang-senang. Lalu kami pergi ke perpustakaan untuk berjalan-jalan dan membicarakan sesuatu. Ketika berada di perpustakaan aku menyatakan sesuatu pada Reza
“Za maaf yah selama ini aku tuh cuma pura-pura cinta sama kamu, maafin aku yah. Tapi seka..”
Ketika aku hendak melanjutkan pembicaraan ku tiba-tiba Reza memotongnya dan berkata
“Kalau begitu kita sudahi saja hubungan ini. Lagipula aku juga mau kita putus kok, soalnya kamu adalah cewek jorok, suka kentut ketika tidur, dan yang lebih parahnya lagi aku melihatmu menyimpan obat pencuci perut kedalam makanan ku dan sejak saat itu aku memang sudah tau, jadi kalau begitu kita sudahi saja ya”
Dengan ekspresi kaget aku langsung berkata walau sebenarnya tak sesuai dengan hati. Karena sebenarnya aku sudah terlanjur cinta pada Reza, tapi aku hanya gengsi memberitahunya. Dan dengan beralasan gengsi itu aku berkata
“Baiklah, memang ini yang aku inginkan sejak awal. Kalau begitu maafin aku selama ini yang udah jadiin kamu pacar karena terpaksa”
Aku bergegas meninggalkan perpustakaan dan menagis.
            Tak terasa sebulan telah berlalu ulangan pun diadakan dan seminggu setelah ulangan hasil ulangan keluar. Reza mendapat peringkat 5 umum dan akan di pindahkan ke XII 1 dan  sementara aku yang malas belajar berada di peringkat yang sangat jauh dari situ. Dan tak lama ada pengumuman lagi yang menyatakan bahwa tiga bulan  yang akan datang akan diadakan UAS dan UAN bagi kela XII, akupun tak menghiraukannya karena aku memang tak pernah perduli.
            Sebulan berlalu menjadi dua bulan. Dan itu berlalu menjadi tiga bulan. UAS dan UAN  diadakan. Setelah itu, tak lama kemudian pengumuman kelulusan telah keluar Semua siswa lulus 100% Diantara siswa ada yang keluar kota untuk berkuliah, ada juga yang hanya di kota ini. Dan ternyata Reza mendapat  beasiswa keluar  negeri untuk melanjutkan kuliah sementara aku melanjutkan kuliah di kota sendiri.
            Tak terasa sudah empat tahun aku berpisah dengan Reza dan selama itu aku masih mancintainya seperti dulu, entah dia merasakan hal yang sama atau tidak. Aku sudah tak peduli karena aku sudah berencana membuka lembaran baru karena aku sudah sarjana kedokteran.
“Aku akan menjadi dokter?”
Dengan masih belum percaya aku mencubit diri sendiri. Dan ternyata ini bukan mimpi aku sangat bingung karena aku ini anak yang bodoh. Tapi mungkin karena ketika kuliah aku memang giat belajar karena aku memang ingin melupakan Reza dengan hidup bahagia sebagai dokter yang cantik dan pintar, dan itu semua akan di mulai esok.   
Dan keesokan harinya aku bergegas kerumah sakit dan bertugas sebagai dokter yaitu lebih tepatnya sebagai dokter kandungan. Sesampainya di rumah sakit aku di sambut oleh dokter pemilik rumah sakit dengan ramah, dan ketika aku melihat wajah dokter pemilik rumah sakit tempatku bertugas seketika aku sangat kaget karena tak lain dan tak salah lagi dia adalah Reza. Dia begitu gagah dan hebat. Aku benar-benar terkejut bertemu dengannya, apakah ini yang dinamakan takdir? Entahlah akupun tak tahu dan tak ingin tahu setelah itu akupun bersalaman dengan semua petugas rumah sakit tersebut termasuk Reza, dan ketika bersalaman dia memberiku surat. Dan dalam surat itu dia ingin bertemu dengan ku di ruangannya setalah acara bersalaman-salaman ini.
            Ketika aku mengetuk pintu ruangannya dan ada suara yang menyuruhku masuk kedalam ruangan itu. Akupun masuk dan ternyata yang berada di ruangn itu adalah Asistennya, Asisten tersebut menyuruhku ketaman pukul 20.00 karena katanya Dr. Reza akan berada di sana pukul 20.00 nanti.
            Jam sudah menunjukkan pukul 20.00 aku bergegas ketaman, dan sesuai janjinya dia telah datang disana tepat pukul 20.00 dia benar-benar sosok orang yang menepati janji. Aku bergegas menghampirinya yang sedang duduk di kursi taman
“Hai, kamu apa kabar?”
Sambil mengulurkan tangan kedepan. Dan Reza pun menyalamiku dan digenggamnya tanganku dengan erat, sambil berkata
“Aku selalu baik-baik saja, dan kamu sendiri bagaimana?”
Jawabnya
“Aku juga baik!”
Jawabku sambil tersenyum. Reza pun mempersilahkanku duduk di sampingnya sambil berkata
“Aku tak bisa basa-basi lagi, karena aku memanggilmu kesini untuk memberitahukanmu sesuatu!”
Jantungku berdebar kencang mendengar pernyataan Reza, pasti Reza akan menyatakan cintanya. Tak lama kemudian dia memasukkan tangan kedalam saku celanya, dikeluarkannya undangan dan diberikannya undangan itu untukku, seketika sekujur tubuhku rasanya hancur melihat undangan itu dan dan dia berkata padaku.
“Dewi, aku akan menikah”
Seketika setelah mendengar semua itu hatiku rasanya hancur berkeping-keping. Aku langsung berdiri dan sambil menangis aku berkata
“Baiklah, kalau memang itu sudah menjadi keputusanmu. Tapi yang harus kamu tahu aku itu sangat mencintai mu, awalnya aku memang hanya ingin menjadilkanmu pelampiasan karena aku sedang frustasi pada saat itu, jadi aku ingin memanfaatkanmu, tapi itu semua tak sesuai rencana. Aku malahan jatuh cinta padamu. Baiklah mulai saat ini aku akan berusaha melupakan mu, dan semoga kau dapat hidup bahagia bersama dengan orang yang kamu cintai itu”
Setelah mengatakan hal itu aku langsung bergegas meninggalkan tempat itu, lalu tiba-tiba Reza berlari mengejarku dan menarik tanganku, dipelukku dengan erat smbil berkata
“Bisakah kau  tak usah melupakan ku, bisakah kau tetap mencintaiku!”
Dengan kebingungan aku mendorong Reza yang sedang memelukku dengan berkata
Apa maksudmu?”
Lalu ditunjukkannya undangan pernikahan tersebut dan dia menyuruhku untuk membacanya baik-baik, akupun membacanya dengan teliti dan ternyata di undangan tersebut tertulis dengan jelas bahwa sebenarnya yang ingin dinikahi oleh Reza adalah aku. Ya Allah ini benar-benar takdirmu yang tak terduga sama sekali, kupikir dia akan menikah dengan orang lain. Seketika hatiku rasanya berbunga-bunga, dan Reza memegangi tangan ku dan berlutut di hadapanku lalu mengambil cincin yang ada di saku celananya, kemudian melamarku
“Dewi gina fajri, maukah kau menikah denganku?”
Katanya dengan jelas, dan akupun tak dapat berkata-kata lagi aku hanya dapat mengangguk kepala sambil tersenyum, dan Reza memasangkan cincin pada jari manis kiriku seketika lampu-lampu menyala menghiasi taman dan kembang api beterbangan menghiasi langit di malam yang indah ini, ternyata reza sudah menyiapkan semua ini sejak SMA, Reza memelukku dan mencium keningku.
            Beberepa bulan kemudian, kami pun melaksanakan acara pernikahan kami dan dari pernikahan itu lahirlah seorang gadis kecil bernama rewi gina reza, yang kata rewi itu diambil dari nama kedua orangtua nya yaitu Reza dan Dewi.
            Akhirnya cintaku pun bisa menyatuh dengan Reza, sungguh butuh perjuangan bagiku sampai pada titik ini dan akhirnya benar kata pepatah bahwa jodoh tak kemana.
*Selesai*

1 comment:

  1. cerita yang menarik
    mungkin akan lebih baik jika tidak bertemakan tentang percintaan
    atau cerita yang berisikan motivasi kehidupan
    TERIMA KASIH

    ReplyDelete