Monday, 6 October 2014

INDAHNYA KEBERSAMAAN



Yuni Deffanie Yusuf
Alkisah, di suatu galaksi bernama Bima Sakti, terdapat planet yang disebut Bumi.
Di Bumi hiduplah makhluk- makhluk yang disebut manusia dan salah satunya adalah aku.
Sebut saja namaku Dafa. Anaknya enjoy, gak suka hal-hal yang rumit, kalau masalah otak gak bodoh-bodoh amat dan yang paling khas dalam diri aku tuh adalah periang, selalu tersenyum, saking seringnya aku senyum kadang dikatain manusia yang rada-rada stres.
Tapi aku juga agak cuek, apalagi sama perempuan. Jadi, sampai sekarang aku gak pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta. Walau sedikit aneh, tapi itulah kenyataannya.
Masa SMP telah aku lalui, sekarang aku siap-siap ngadepin masa putih abu-abu yang kata banyak orang masa yang menyeramkan dan ekstrim.
Masa SMA jauh berbeda dari masa ketika aku SMP. Sekarang aku masuk ke sekolah yang berasrama, yang kata banyak orang lagi kita seakan berada di penjara.
Walaupun pertamanya agak sulit, tapi mencoba hal baru sangat menyenangkan. Semua yang dilakukan pasti dimulai dari nol, karena dari nol kita akan memulai sesuatu yang awalnya kita tidak tahu menjadi tahu. Oke, kita mulai kisah-kisahku ketika di asrama.
Asrama. Kadang aku salah menyebutnya dan mengatakan asmara. Karena keduanya tidak jauh berbeda, jadinya seperti itu. Asrama adalah tempat dimana kita tinggal dan menjalani hari-hari kita selama bersekolah. Bisa dibilang asmara, eh maksudnya asrama adalah rumah kedua lah.
Yang membedakannya, kalau asrama biasanya berada di lingkungan sekolah dan dipenuhi aturan-aturan. Kalau rumah yah bisa berada dimana saja dan gak semuanya diatur.
Hari pertama...                    
Pagi itu aku terbangun karena teriakan dan gedoran pintu yang sangat dahsyat, sampai-sampai gendang telingaku hampir pecah dan seakan-akan tembok kamar aku mau rubuh, parah banget kan. Boarding school, itulah kehidupan baru yang aku jalanin sekarang. setiap pagi kami selalu dibangunin dengan cara paksa, padahal lagi nyenyak-nyenyaknya.
Dorrr!Dorr!Dorr!!!
“Banguuuuun!! Banguuuuun!!!”
Suara pintu yang di gedor-gedor membuat satu asrama seketika itu juga terbangun. Pak sutarno pembina asrama yang membuat suara kegaduhan itu. Kami semua takut pada Pak sutarno yang dengan ciri khasnya membawa air seember. Entah apa yang ada dipikirannya,mungkin dia kepingin mandiin kami atau membawakan air gratis untuk kita pakai mandi. Tapi kenyataannya air itu diberikan kepada mereka yang masih tertidur dengan nyenyaknya.

     “Byuuur!!”
suara buyuran air terdengar, dan orang beruntung yang mendapat air itu adalah Edi. Edi siswa baru yang sederajat sama aku. Baru hari pertama dia sudah kena siraman air, bagaimana hari-hari selanjutnya?
Ini masih tentang asrama. Hal yang paling menjengkelkan tuh kalau air yang dipake mandi sangat sulit didapatkan. Sialnya hari pertama aku di asramakan air tiba-tiba ga ngalir, padahal harus mandi dan jalan satu-satunya adalah mengambil air dari jarak yang sangat jauh. Bayangkan jika terus begini, entah aku udah jadi apa nantinya. Mungkin lebih cocok jadi buruh kuli bangunan yang kerjaannya ngangkat-ngangkat.
Setelah semuanya selesai, kami bersiap-siap ketempat yang memang seharusnya kami berada disana. Tempat itu bernama sekolah. Di tempat itu akan selalu ada kejadian-kejadian tak terduga. Di sekolah ini kami dituntut untuk menuntut ilmu. Tapi kenapa ilmu harus dituntut yah? Padahal ilmu ga bersalah? Dan kami ikut-ikut dituntut lagi. Kejamnya dunia. Tapi ini hanya persoalan kata. Back to story.
 “Pernah dengar ga, ayam di rumah kamu berkokok pagi-pagi?”
“Iya, tiap hari saya dengar ayam berkokok pagi-pagi”
“Tapi di rumah saya kok ga pernah ya ayam berkokok pagi-pagi.”
“Emang berkokoknya gimana?”
“Ayam di rumah saya kalau berkokok ‘kukuruyuuk,kukuruyuuk...’bukannya ‘pagii..pagii..’.”
Masih pagi udah bikin jengkel. Pelaku percakapan di atas adalah aku dan Gio. Gio teman sekelas aku, orangnya menyenangkan tapi kadang menjengkelkan, enak di ajak ngobrol dan sangat jail. Dia kenalan pertama aku di sekolah ini. Jadi, aku selalu menjadi korban kejailannya.
Pelajaran di hari pertama bentar lagi dimulai. Aku celingak-celinguk merhatiin kelas yang dipenuhi makhluk-makhluk yang ga aku kenal. Mereka yang akan menjadi teman sekelas aku. Tapi ada yang aneh dari mereka, entah itu mukanya atau emang dari sononya mereka terlihat aneh.
Treeett...treett..treett. Suara bel masuk berbunyi. Tiba-tiba seorang guru yang wajahnya terlihat sangar masuk ke kelas kami. Guru itu bernama Pak Rudi, yang ternyata wali kelas kami. Walaupun terlihat sangar tapi kata orang dia sangat baik. Seperti biasa kalau jadi siswa baru tuh hal yang wajib dilakukan adalah memperkenalkan diri.
“Selamat pagi anak-anak"
“Selamat pagi pak” kami menjawabnya dengan suara yang bisa dibilang luar biasa. Sangat berbakat jadi peneriak maling.
“Oke, ini adalah hari pertama kalian bersekolah di SMA ini. Jadi terlebih dahulu saya akan memperkenalkan diri. Nama saya Rudi Supardi.” Dengan suara yang lantang Pak Rudi memperkenalkan dirinya.
“Selanjutnya kalian yang memperkenalkan diri. Saya akan menanyai kalian satu persatu”
“Baik Pak”
“Nama kamu siapa?” tanya Pak Rudi ke salah satu siswa.
“Suparjo Pak.” Jawabnya tegas.
“Kamu tinggal dimana?” Tanyaku lanjut.
“Di rumah”
“Rumah kamu dimana?”
“Ditinggallah Pak, masa saya bawa-bawa.” Jawabnya dengan tampang orang suci.
Seisi kelas kemudian tertawa. Pak Rudi hanya mengelap keringat dengan sapu tangannya. Ada dua kemungkinan Pak Rudi bersikap seperti itu. Pertama, dia nahan ketawa. Kedua, dia nahan emosi. Tapi keduanya sama-sama nahan sesuatu. Tanpa basa-basi lagi Pak Rudi melanjutkan sesi perkenalannya.
“Selanjutnya, nama kamu siapa?”
“Ayu Pak.” Jawabnya singkat.
“Nama lengkap kamu?”
“Ayu doang Pak.”
“Jadi, saya bisa panggil kamu ‘doang’?”
“Nggak Pak, maksud saya, Ayu aja”
“oohh ,jadi boleh dipanggil ‘Aja’?
“Maksud saya bukan itu Pak, tapi Ayu ga ada sambungannya.” Jawabnya sambil garuk-garuk kaki.
“Oh gitu...”
“Jadi Bapak udah tau?”
“Iya,tapi nama kamu aneh.. bagus dipanggil ‘ga ada’ atau ‘sambungannya’?”
“Aduh Pak!”
“Oke, oke. Saya mengerti, maksud kamu hanya satu nama, Ayu.. itu aja kan”
“Benar sekali, itu maksud saya Pak!”
“Berarti aku bisa panggil kamu dengan...”
“Apa Pak?”
“Cuma Ayu aja kan, berarti..”
“Berarti apa Pak?”
“Hmm..berarti aku bisa manggil kamu PAYUNG!
Haha guru yang  menyenangkan dan  menghibur. Setelah semuanya selesai memperkenalkan diri, tak terasa jam pelajaran selesai. Hari pertama di sekolah hanya diisi dengan perkenelan. Meski ini baru awal perjalanan aku bersekolah yang berasrama, aku sudah nemuin banyak makhluk-makhluk aneh dan hal-hal aneh lainnya.
Setelah itu, kami bergegas untuk makan siang. Hal yang paling aku tunggu-tunggu, karena sekarang lagi lapar-laparnya. Dan karena ga mau ketahuan kalau lagi kelaparan, aku hanya mengambil sedikit nasi dan lauknya. Meskipun akhirnya masih mau nambah, tapi aku harus tetap terlihat cool, cielah.. Jadi,terpaksa harus ngelawan rasa laparku yang menggebuh-gebuh. Hidup di asrama penuh dengan aturan, semuanya di atur. Agak sulit sih, tapi kalau sudah terbiasa ini akan menjadi mudah.
Keesokan harinya...
Di setiap sekolah, pasti ada guru yang terkenal menakutkan yang biasa disebut guru killer. Di sini juga ada guru killer. Dulu aku pernah beranggapan kalau guru killer itu adalah guru yang sangat menyeramkan, bahkan lebih seram dari hantu yang paling menakutkan di dunia dan juga sering melakukan kekerasan. Haha tapi itu hanya anggapanku ketika belum paham arti guru killer sesungguhnya.
Pagi yang cerah, angin berhembus dengan sejuknya, mentari tersenyum dengan bahagia, burung-burung bernyanyi merdu ,pepohonan pun ikut menari dalam hembusan angin. Tiba-tiba...
“SEMUANYA,TENAAAANG!” Teriak guru killer itu, yang sontak merubah suasana yang tadinya seperti pasar, sekarang mirip suasana kuburan yang menyeramkan.
Seketika itu juga angin berhenti berhembus, mentari berubah manyun, burung pada tutup kuping, dan pepohonan melarikan diri. Aku yang tadinya lagi happy-happy saat itu juga moodku berubah menjadi buruk-buruknya. Ini adalah pertama kalinya tuh guru killer masuk ke kelas kami, jadi pastinya hari ini adalah sesi perkenalan. Lalu guru killer memperkenalkan dirinya.
“Anak-anak, perkenalkan nama saya Aya” Dengan suara lantang.
Jadi kalau dipanggil Bu Aya dong, haha. Coba aja sebut nama Bu Aya dalam versi cepatnya. Bisa mampus kita ini kalau kedengaran olehnya. Aku berusaha menahan tawaku, karena kalau kelepasan bisa berbahaya. Edi dan Gio sepertinya juga begitu, mereka berkeringat dan mukanya merah karena menahan tawa. Kemudian, kejadian tak terduga terjadi, terdengar suara yang kecil, halus, dan sialnya itu berbau.
“Bau apa ini?” Tanya Bu Aya dengan wajah yang berbeda dari biasanya, karena dia menghirup bau yang tidak sedap.
“...” Semua terdiam dengan tampang yang aneh.
Kentut. Bau yang terhirup ini adalah bau kentut, tapi siapa yang melakukannya. Tidak ada siswa yang mau mengakui kentutnya itu, pasti karena takut ama tu guru killer.  Aku yakin ini akibat dari nahan tawa, jadinya seperti ini. Setelah kejadian itu, Bu Aya lalu melanjutkan penjelasannya dan tidak memperdulikan bau itu lagi. Setelah beberapa jam berlalu, pelajaran selesai.
Aku, Gio, dan Edi, sedang duduk-duduk bersantai memandang langit dengan hembusan angin yang sejuk serta kicauan burung yang merdu sambil memikirkan masa depan. Tiba-tiba aku mendengar suara nyanyian yang awalnya aku kira itu suara burung yang tiba-tiba bisa bernyanyi dalam bahasa manusia. Tapi dugaanku salah, ya jelas salah, karena aku mikirnya yang aneh-aneh. Itu adalah Gio yang sedang di mabuk asrama. Eh salah lagi, maksud saya asmara.
“Cinta yang membuat hidupku lebih indah, dari hari yang lalu ♫ Cinta yang membuat berbunga-bunga, tinggalkan masa yang lalu ♫”
Gio menyanyi dengan semangatnya karena sekarang dia menyukai seorang gadis yang dilihatnya saat pertama masuk sekolah, istilahnya sih cinta pada pandangan pertama. Tapi aku tidak percaya dengan cinta pada pandangan pertama. Karena aku belum pernah ngerasainnya,  dan masa sih bisa tiba-tiba cinta, kan baru pertama bertemu. Gio dengan keberanian yang sangat tinggi mendatangi gadis itu untuk menanyakan namanya.
“Hai, boleh kenalan” Tanyanya dengan tampang yang sok keren.
“Boleh” Jawabnya singkat.
“Nama Kamu siapa?”
“Lina.” Sekali lagi dia menjawabnya singkat.
Gio lalu bercakap-cakap dengan Lina dalam waktu yang tidak singkat. Sepertinya mereka sudah terlihat sangat dekat hanya dalam waktu beberapa menit saja. Sempat terlintas dibenakku untuk belajar dari Gio cara untuk mendekati seorang gadis dengan mudah, tapi bagi aku ini sepertinya tidak akan mudah. Aku mengurungkan niatku untuk melakukan itu. sekarang aku hanya pasrah, biarkan takdir yang mempertemukan aku kelak dengan jodohku, sok bijak.
Keesokan harinya Gio kembali bertemu dengan Lina untuk menyatakan perasaannya. Tapi Edi datang dengan tergesa-gesa ke arah Gio.
“Gio, ada hal penting yang harus aku beritahukan ke kamu!”
“Iya, apa apa? Cepat beritahu aku” Jawab Gio dengan rasa penasaran.
“I..i..itu Lina” Jawabnya terbata-bata.
“Lina, kenapa?”
“Lebih baik kamu tarik nafas dulu deh, setelah itu baru kamu bicara.” Aku menyarankan Edi yang terlihat lelah.
“hemm,huuhh begini Gi. Lina ternyata sudah mempunyai pacar!”
“APAAAA??!! Jangan bercanda!” Jawab Gio dengan kaget.
“Benar, aku tidak bercanda!”
Gio terlihat sedih mendengar informasi dari Edi. Dan akhirnya Lina sekarang menjadi Lina-ngan air mata. Sungguh tragis is is. Melihat Gio yang terlihat sedih, aku makin yakin untuk menghindari yang namanya cinta. Bisa dibilang aku ini fobia cinta. Sangat aneh!
“Tuhan tolong aku, ingin dirinya, rindu padanya, memikirkannya. Namun mengapa saat jatuh cinta, sayang-sayang dia ada yang punya ♫”
Gio menyanyi sambil meratapi nasibnya sekarang, yang sedang terluka karena cinta, broken heart. Tapi setelah beberapa hari, Gio kembali ke Gio yang dulu. Yang kerjaannya ngejailin teman-temannya, dan selalu merepotkan aku dan Edi. Seperti kata pepatah lama, masalah selesai dengan datangnya masalah yang lebih baru. Dan saat apa yang kau cintai pergi, tetaplah tinggal. Karena percayalah, kesejatiannya akan menghampirimu pada waktunya.
Tak terasa 1 minggu telah berlalu, dengan kehidupan baruku yang lebih menantang, yang lebih berwarna, pokoknya lebih-lebih deh. Meskipun kadang membuatku jenuh dengan suasana seperti ini, tapi Gio dan Edi selalu ada bersamaku. Mereka adalah sahabatku di sekolah. Aku berkenalan dengan Edi yang diawal cerita tadi kena buyuran air melalui Gio yang juga adalah sahabatnya sejak SMP, dan itu membuat kami bersahabat dan menjalani hari-hari dengan ceria dan penuh dengan canda tawa.
Cerita selanjutnya...
Kelas hari ini begitu menggairahkan, pagi-pagi betul ibu dini yang juga guru matematika udah stand by di depan pintu kelas. Sebelum semuanya diperkenankan masuk ruangan, ibu dini tak lupa memeriksa kebersihan kuku dan rambut kami, tapi untuk rambut hanya makhluk yang tidak memakai jilbab yang diperiksa atau biasa disebut laki-laki. Bagi mereka yang kuku dan rambut gondrong, silakan masuk ruangan. Begitu juga yang kuku dan rambutnya pendek dipersilahkan masuk ruangan. Tapi itu semua hanya khayalan. Yaa, tentu mereka yang kuku dan rambutnya panjang akan mendapat cukur gratis, tanpa di bayar sedikitpun dan dengan hasil yang berbeda dari yang pernah ada. Kalau ga percaya coba saja sendiri.
Setelah masuk ke ruangan,kami semua mengambil tempat duduk masing-masing dan siap untuk menerima pelajaran. Pelajaran dimulai, semua masih fokus dan serius dalam menerima pelajaran yang bisa dibilang rada-rada sulit, juga rada-rada gampang, tapi mungkin lebih banyak sulitnya yah. selama pelajaran dimulai akan ada banyak fenomena-fenomena bermunculan dalam ruangan.
10menit...15menit...25menit...
Menit demi menit berlalu dan fenomena-fenomana itu sudah mulai bermunculan. Fokus terhadap apa yang disampaikan guru ternyata tidak mudah. Rasa ngantuk, bosan, jenuh, kadang datang menghampiri kami. Bahkan ada yang dengan sukarela menidurkan diri di sela-sela guru menjelaskan. Ibu dini yang menjelaskan materi seolah memperlambat gerakannya, slow motion. Jadi tak heran kami semua merasakan kantuk yang luar biasa hebatnya. Ada juga yang membuat mata mereka terlihat nyaris keluar dan lebih parahnya lagi mata mereka itu merah dan lebih besar dari biasanya. Haha lebih cocok main dalam film horor yang judulnya “misteri mata merah dalam kelas”. Oke, mari kita lupakan film itu.
 Fenomena selanjutnya. Kadang diantara mereka ada yang terlihat sangat serius memperhatikan guru, tapi kenyataannya banyak yang tidak seperti itu. Seperti halnya dia, sebut saja namanya Tino. Dia terlihat sangat serius memperhatikan, tapi sebenarnya  pikirannya itu melayang-layang entah kemana, mungkin saja Tino lagi membayangkan pergi ke langit lalu terjun dari ketinggian dan nyangkut di pohon dan yang lebih anehnya lagi kadang tino terlihat senyum-senyum ga jelas, mungkin dia rada-rada gimana gitu.. dan yang paling sering tuh, mereka megang buku lalu pura-pura membaca, tapi di balik buku itu mereka sudah berada di alam mimpi dengan lelapnya. Dan itu hanya sebagian kecil dari fenomena-fenomena yang terjadi saat pembelajaran dimulai.
Di sisi lain ibu Dini sedang semangat 45 nya menjelaskan, dan fenomena-fenomena itu masih berlanjut dan penyebab utama munculnya fenomena itu adalah rasa kantuk. Sampai akhirnya.
“Sepertinya ada yang sedang mimpi indah disini”
Ibu Dini akhirnya menyadari itu. Walaupun kami baru beberapa hari disini tapi kami sudah tahu siapa pelaku-pelakunya.
“apa tidur kalian nyenyak?” Nice question
Seketika semuanya bangun dan tersadar dari tidur dan lamunan-lamunannya. Tapi hanya beberapa saat dan beberapa saatnya lagi mereka kembali kefenomena-fenomena yang sempat terhambat tadi. Entah sampai kapan ini akan terus berlanjut.
Di kantin...
Setelah melewati pelajaran yang penuh fenomena. Akhirnya tiba waktunya untuk kami menikmati makanan dan minuman yang lezat. Karena perut kami udah di demo, untuk itu kami memesan menu kesukaan.
“Kamu mau makan apa?” tanya Edi
“Aku mau makan bakso aja deh.”
“Minumnya?”
“Es teh manis panas,” mantap Gio!
Edi mencatat semua pesanan kami dalam selembar kertas kusam yang tadinya di pake buat maen pesawat-pesawatan. Setelah selesai mencatat semuanya, Edi memberikannya ke pedagang kantin.
Tak lama kemudian, pedagang kantin yang diberikan kertas tadi mendatangi kami. Dengan muka yang aneh dan penuh kebingungan, dia lalu berkata.
“Maaf mas, saya mau tanya”
“Iya, kenapa ?”
“Ada pesanan yang tidak saya ngerti.” Dia menjawab polos.
Pesanan yang ga dimengerti? Kami saling pandang dan bingung. Baru kali ini aku mendengar pesanan yang pengen dimengerti, biasanya wanita yang dipengen dimengerti.
“Pesanan apa mas?” tanya Edi.
“Ini mas”. Sambil nunjuk pesanan yang bacanya “ES TEH MANIS PANAS”.
Aku bengong. Edi diem. Gio mikir. Dan yang lain ikut mikir. Damn! Seolah ada yang aneh dalam pesanan itu dan itu memang benar. Mana ada ES TEH MANIS PANAS? Yang ada es teh dan teh panas. Jika memaksakan keduanya dalam satu pesanan, itu seolah menentang hukum alam dan itu memang ga bisa bersatu.
Setelah kejadian yang memalukan di kantin, Gio dan teman-teman mengadakan jumpa pers dan mengklarifikasi soal menu yang di pesan tadi. Memang sedikit memalukan, tapi kami harus tetap terlihat cool di depan teman-teman, seolah ga terjadi apa-apa. Beberapa kejadian di sekolah memang kadang memalukan, tapi kejadian-kejadian itu menjadi pelajaran unutk kami agar nantinya tidak memalukan lagi.
Kami menjalani hari-hari dengan penuh warna-warni, kebahagiaan, dan cerita tentang aku, asrama, dan sekolah. Walaupun tidak segampang yang aku pikirkan, tapi hidup di asrama sangat menyenangkan. Bertemu teman-teman dari berbagai daerah, mendapatkan pengalaman yang sangat menarik. Banyak kisah-kisah menarik yang terjadi ketika bersekolah yang berasrama, ada suka dan dukanya. Kebersamaan yang terjalin bersama teman-teman sangat indah,berbagai pengalaman telah kami lalui bersama-sama di masa putih abu-abu. . Kisah itu akan tetap berlanjut hingga tamat nanti dan akan selalu diingat.

*Selesai*

No comments:

Post a Comment