Monday, 6 October 2014

MAWAR PUTIH DAN GERBANG ASRAMA



Mentari mulai muncul, memancarkan sinar cerahnya dari ufuk timur, memberikan kehidupan baru bagi setiap makhluk di muka bumi ini. Hujan yang turun pada malam itu tampak masih menggenangi lubang-lubang yang ada di jalan depan asrama. Memberikan embun indah di jendela belakang kamarku. Daun-daun pepohonanpun masih dihiasi oleh butiran-butiran air. Kicauan riang dari burung-burungpun mulai terdengar saling bersahutan satu dengan lainnya. Namun, hawa dingin yang masih menusuk membuatku malas terbangun dari tempat tidurku.
            “Ohayoo..”
Aku mulai menajamkan pendengarku dengan mata yang masih tertutup, berusaha terbangun dengan suara yang berat dibalik jendela kamar asramaku. Sejenak aku berpikir apa itu dia, dan memang benar. Itu adalah Rangga, seseorang yang mulai terbiasa membangunkan ku di pagi hari sejak aku bersamanya sekitar setahun yang lalu.
“Ohayoo..”
Kubalas ucapan selamat paginya dan berusaha membuka gorden yang tertutup agar bisa melihat wajahnya. Ku lihat senyum itu tergambar diwajahnya, walaupun aku sadar tak pantas seorang perempuan seperti diriku memperlihatkan wajah buruk didepan lelaki seperti dirinya.
“Mandi, aku tunggu depan gerbang asrama!!”
Dia tersenyum sambil melangkah perlahan dan melambaikan tangan ke arah ku. Belambaikan tangan kepada wanita pemalas seperti diriku.
“Jangan tunggu aku”
Dengan nada yang ku naikkan dan berusaha membuka jendela lebar-lebar agar wajah ku bisa dilihat olehnya.
“Sudahlah, aku tunggu di sana”
Dia tetap saja orang yang keras kepala. Dia tetap saja tersenyum ke arah ku dan menyuruhku agar lebih cepat tapi yang ku rasakan hari itu seperti ada yang tetap menahan ku agar tak beranjak dari tempat tidur itu.
Sekitar 5 menit aku tetap duduk diatas tempat tidurku, memikirkan apa yang berbeda hari ini. Ku putar kembali otak ku dan mengingat apa yang terjadi sebelum aku tertidur. Mata ku mengarah kelangit-langit atap kamarku dan kutemukan sesuatu yang mengganjal itu. Aku ingat sebelum tertidur aku melihat sepasang mata dilangit-langit atap itu. Sepasang mata yang menggambar mimik sedih melihat ku malam itu dan mengunciku dalam tidur yang sangat mengerikan.
Kuberusaha beranjak dari tempat tidur itu, mempercepat langkah kaki ku menuju kamar mandi yang berada paling ujung di asrama ku saat ini. Saat berjalan aku baru tersadar mengapa asrama terasa sepi padahal sekarang sudah hampir jam masuk sekolah. Aku mulai memperhatikan sekelilingku dan semua pintu kamar diasrama masih tertutup rapat. Ada apa dengan hari ini ?, aku kembali berpikir kemana semua teman kamar ku, mengapa aku tak melihatnya tadi saat pertama kali aku dibangunkan oleh Rangga, mengapa Rangga ingin bertemu denganku hari ini ?. Aku kembali kekamar ku dan kulihat semua tempat tidur kosong. Ku buka salah satu lemari dari temanku dan kulihat baju-baju yang robek dengan bercak darah memenuhi lemari itu.
Aku mulai melangkah keluar dari kamarku dan melihat semua kamar terbuka secara bersamaan. Tak kurasakan kaki ku lagi, aku seperti melayang dikoridor itu. Lemari yang tepat berada didepanku mulai bergerak sendiri. Aku ingin menutup mata namun tak bisa kulakukan. Lemari itu semakin lama semakin membuat suara yang mengerikan dan seketika lemari itu berhenti bergerak. Aku mulai mengambil nafas dalam-dalam dan tiba-tiba lemari itu terbuka. Aku melihat seorang wanita keluar dari lemari itu, seorang wanita dengan baju putih dan setangkai mawar putih ditangan kanannya. Dia mendekati ku dan aku tak bisa bergerak, dia mendekat, sangat dekat hingga mata merah itu tepat berada didepan mataku.
“Apa mau mu ?”
Aku mulai berbicara dengannya dan ia hanya tersenyum sinis kearah ku.
“Apa mau mu ??”
Ku ulangi perkataan dan ia tetap saja tersenyum sinis namun sekarang tangan kirinya menyentuh pipiku.
“Lepaskan”
Kupalingkan wajahku menjauhi tangan putih itu dan ia mulai berbicara.
“Menghilang dan lepaskan semuanya”
Suara itu seketika membuat semua indra dalam dirimu tak berfungsi, aku tumbang begitu saja dan tiba-tiba aku mendengar suara seseorang.
“Ohayoo, bangun Putri”
Aku mulai tersadar itu adalah suara Rangga dan semua yang terjadi adalah mimpi. Sebuah mimpi buruk dan aku berharap bukan pertanda buruk karena hari ini adalah hari 1 tahun aku bersama Rangga.
“Rangga”
Mengembangkan senyum untuknya dibalik jendela itu adalah hal yang manis untuk tidak mengingat mimpi itu lagi tapi seketika semuanya kembali terulang.
“Aku tunggu didepan gerbang asrama Put”
Dia tersenyum sambil melangkah perlahan dan melambaikan tangan kearahku persis seperti yang terjadi dalam mimpi.
Aku melihat seluruh isi ruang dikamar ku dan aku masih bersyukur bisa melihat semua teman kamarku tertidur ditempat tidur mereka masing-masing. Kubangunkan mereka satu persatu lalu kuambil alat mandi dan berjalan menuju kamar mandi yang paling ujung diasrama.
Berjalan menuju kamar mandi dan melihat seluruh aktivitas teman-teman dikoridor bisa sedikit mengubur mimpi buruk ku namun tiba-tiba angin yang sangat dingin berhembus tepat diteliga kananku membuat pemikiran aneh terulang kembali diotakku. Seketika ku gelengkan kepalaku dan berpikir semua itu hanyalah hal yang biasa terjadi dan akhirnya aku masuk kekamar mandi itu dan bersiap-siap secepat mungkin agar tak membuat Rangga menunggu lama.
“Hari ini akan biasa-biasa saja”
Pikirku dalam hati saat hendak melangkahkan kaki keluar dari asrama putri jenjang menengah atas tempat ku menimbah ilmu saat ini. Aku berjalan menuju gerbang dimana Rangga menunggu namun ketika aku menerawang dari jauh, aku melihat Rangga tak sendiri digerbang itu. Aku semakin mempertajam penglihatanku dari jauh dan memang benar Rangga sedang bersama seorang wanita yang sama dalam mimpiku. Seorang wanita dengan bunga mawar putih sedang berada disamping Rangga.
“Rangga..”
Aku berusaha berlari dan meraih tangan Rangga tanpa menoleh sedikitpun ke wanita itu.
“Kamu kenapa?”
Rangga sedikit kaget dengan sikapku yang langsung menarik tangannya tanpa alasan.
“Tidak apa-apa, ayo kita kesekolah”
Walaupun dengan wajah yang masih keringatan tapi aku berusaha menyembunyikan itu dari Rangga. Aku berusaha tak memalingkan wajah kebelakang namun seperti ada magnet yang menyuruhku agar memutar badan ku kembali dan ku lihat wanita itu melambaikan tangan kearahku dan berkata.
“Menglihang dan lepaskan semuanya, dia dan kebahagian adalah milikku”
Aku gemetaran mendengar itu, ku raih tangan Rangga dan membuatnya jauh dari gerbang itu. Mengapa wanita itu ingin menggambil Rangga ?, mengapa dia ingin mengambil kebahagiaanku ?, siapa wanita itu ?. Semua pertanyaan bergulir diotakku hingga pelajaran satu hari disekolah terlewat begitu saja.
Akhirnya jam menunjukkan waktu untuk kembali keasrama dan kulihat Rangga sudah menunggu didepan pintu kelas. Kami kembali keasrama bersama-sama tapi Rangga harus berbelok menuju asrama putra sedangkan aku lurus menuju gerbang asrama putri.
“Putri..”
Suara lirih memanggil namaku namun ketika aku mencari dari mana suara itu, aku tak melihat siapapun disana. Kupercepat langkahku namun seketika aku terhenti saat sebuah kalung berbentuk gembok tepat terjatuh didepanku. Aku mengambil kalung itu dan kubawa masuk kedalam asrama.
“Gembok ?”
 Aku memegangi kalung itu dan kurasakan diriku melihat semua yang telah terkubur 5 tahun yang lalu. Aku melihat seorang wanita dengan seragam sekolahku memegangi sebuah mawar putih dan menunggu seseorang didepan gerbang asrama. Dia adalah wanita yang telah menghilang diasrama putri tempatku saat ini. Saat aku melihatnya dia menoleh kearahku seperti hendak menghentikan diriku melihat semuanya namun aku tetap saja memerhatikan wanita itu.
“Ambil ini”
Kulihat seorang nenek berbaju hitam memberikan kalung untuk wanita itu, sebuah kalung berbentuk gembok yang kutemukan dikoridor tadi. Nenek itu memberikan kalung untuk mengubur seseorang yang akan menjadi tubuh barunya dan itu adalah aku.
“Jangan..”
Teriakku untuk menghentikan gembok itu menuju kearahku.
“Menghilanglah dan carilah tubuh baru untuk dirimu”
Wanita itu berjalan menjauh dari diriku dan meninggalkan setangkai bunga mawar putih dihadapanku. Kulihat dia berjalan dengan raga milikku dan aku menjadi roh yang terkunci dalam gembok itu.
Gembok itu menjadi gerbang dunia hitam tempatku berdiri tanpa raga. Gembok itu adalah benda berdarah yang telah membunuh dan menghilangkan banyak wanita diasrama.Gembok itu adalah pemisah kebahagian dan merenggut semua yang telah diperjuangkan oleh wanita yang telah menemukan cinta sejatinya.
Ragaku sekarang telah berlari dengan roh lain didalamnya, jiwaku terkurung untuk melupakan masa lalu bahkan untuk melihat Rangga melewati pagar asrama bersama diriku yang lain tak kuhiraukan lagi. Aku hanya terpaku untuk mencari wanita yang menjadi tubuh baruku. Aku berubah menjadi wanita yang haus darah dan kebahagian.
“Lepaskan aku”
Sesungguhnya rintihan jiwaku dalam gembok itu selalu menyelimuti diriku yang terus berjalan dalam kegelapan asrama. Rintihan jiwa yang terus menjadi penghapus memori masa lalu yang indah menjadi mitos mengerikan yang telah berjalan diasrama.
Aku melupakan diriku.
Aku telah berubah menjadi wanita mawar putih itu.
Aku terus menyimpan kalung gembok itu.
Aku akan menunggu seseorang dari asrama itu untuk menggantikan aku dan membebaskan jiwa suci dari gembok berdosa milik wanita yang tak bisa memahami arti kehidupan dan hukum alam jika semua yang telah mati tidak akan bisa dihidupkan dengan cara kotor seperti penyihir itu.

1 comment: