oleh : Siti Aryana
Mungkin sebagian orang akan mengira
jika senja adalah ciptaan tuhan sebagai akhir dari cerita hari ini. Tapi tidak
bagiku. Entah sejak kapan, aku mulai mengagumi senja. Menurutku senja bukan
hanya penutup atau akhir cerita saja , tapi senja adalah secerca cahaya
membentuk garis berwarna jingga nan elok di ujung barat. Itu dulu, sebelum
takdir merenggut nyawa orang yang ku sayang. Kini senja tak tampak indah di
mataku. Entah mengapa senja menjadi hal yang paling ku benci dan tak ingin ku
saksikan . Saat senja datang menyapa, aku merasa senja sengaja datang agar aku
kembali mengingat kenangan yang dulu dan saat itu juga aku mulai merasa, jika
senja yang indah itu hanya sebagai pengingat tentang masa lalu kita , tentang
kenangan yang seharusnya kita hempaskan kembali terulang.... semua itu karna
SENJA....
***
“ Aduhh...
laras cepetan !!! sebentar lagi bel masuk , kamu mau terlambat ??? “ celoteh
Dinda yang sedari tadi di depan kelas
“ Iya Dindaku
yang cantik , manis ,seperti kue. “ ucapku berlari kecil ke pintu menemui Dinda
yang tengah berwajah cemberut .
Kenalkan , aku Ayu Larasatih atau biasa di panggil laras
dan yang sedang bersamaku ini sejak SMP adalah Adinda wardanih atau biasa di panggil
Dinda. Kami berdua tengah menuju ke kantin sekolah . Oh iya , aku sekolah di
SMA NEGERI 1 Jakarta.Salah satu sekolah paling elit se-Jakarta. Aku, bisa di
bilang murid baru/murid pindahan dari Jogjakarta dikarenakan ayahku berpindah
tugas ke Jakarta. Maklum karna ayah adalah seorang arsitek terkenal.
“ Eh,
kemarin kak Hanbin ngajak aku ketemuan lo.” Ucapnya dengan wajah berseri-seri
“ Kamu udah
jadian sama dia ? “ tanyaku penasaran
“Iyalah,
emangnya kayak kamu nggak pernah pacaran .Dasar jomblo gak laku lagi,hhhhh ”
ucapnya sambil menjulurkan lidah, kemudian keluar berlari
“ Awas kamu
.....DINDA....” aku mengejarnya keluar dari kelas
“ Yaa coba
aja kalau kamu bisa tangkap aku!!! “ serunya di luar kelas
“DINDA....”
seruku juga dan...
“Aw... “
sepertinya aku tak sengaja menabrak seseorang dengan keras
“Maaf..kamu
nggak apa-apa kan ? “ ucapnya sambil menyetarakan wajahnya dengan wajahku
“Siapa sih
kamu? Pakai nabrak lagi ? nggak liat apa aku lagi kejar sese...hmm seseorang “
ucapku terhenti ketika aku memandang wajahnya, MasyaAllah....ganteng, mungkin
tak cukup untuk mendekskripsikan ketampanannya.
“Hey.. kamu
nggak apa- apa kan ?“ sambil melambai-lambaikan tangannya didepan wajahku.
“Ahh...iya,iya
aku nggak apa-apa kok . kalau gitu aku permisi dulu ya” ucapku menunduk menahan malu seraya namun tanganku
langsung ditahan oleh dia
“ Tunggu
dulu, nama kamu siapa?” ucapnya dengan alis yang diangkat. Aku suka sekali
melihatnya
“Hmmmm.......”
aku masih berfikir
“Aku nggak
bermaksud apa-apa kok, siapa tau kamu butuh bantuan dari aku, aku bisa bantu
kamu kok, nama aku andy, Ahmad Syafriandi kalau kamu?”ucapnya dengan seulas
senyum menawan miliknya
“Aku...Ayu
Laraswati.” Ucapku berlalu meninggalkannya
***
Dari
berjuta-juta umat yang menyukai senja, akulah salah satunya. Senja adalah salah
satu momen yang tak terlupakan olehku. Disini aku tengah berdiri ditepi pantai
Ancol, salah satu wisata alam yang banyak diminati oleh banyak orang. Senyumku
tak pernah pudar memandangi maha karya tuhan satu ini. Walau setiap hari aku
kesini tapi rasanya aku tak pernah bosan memandanginya. Dulu semasa kecil, aku
selalu ke pantai bersama seseorang. Kami mengahabiskan waktu sore kami dengan
bermain bersama, aku dan dia sama-sama penyuka senja . Waktu itu aku sangatlah
bahagia karna dapat mempunyai teman. namun setelah dia pindah ke jakarta, aku
sangatlah kesepian. Dan sebenarnya, salah satu alasanku untuk pindah ke Jakarta
bukan hanya karna orang tuaku tapi karna untuk mencarinya walau aku tau bahwa mustahil
untuk mencarinya di kota sebesar ini.
“Kakak..
ada titipan surat dari orang .” lamuanku buyar mendengar ucapan anak kecil yang
menghampiriku saat ini.
“Dari siapa
dek ?” tanyaku padanya
“Katanya
kakak harus baca dulu .” ucapnya
“Makasih
yaa....” ucapku sambil tersenyum kearahnya
“Ternyata kamu penyuka senja juga ya.”
aku terheran siapa lagi orang yang iseng mengirimiku surat beginian
“Hey..ayu
ya?” ucapnya
aku mendongakkan kepalaku, tatapanku langsung tertuju pada
senyum hangat itu lagi .
“Kamu
lagi...ngikutin aku ya ?” tanyaaku padanya
“Eh? aku
nggak ikutin kamu kok aku tuh memang sering kesini, kamu ngapain kesini?”
tanyanya padaku
“ Emangnya
kenapa kalau aku datang kesini, kamu marah ?” cetusku padanya
“Ternyata
kamu sedikit pemarah ya ?” ucapnya seraya tersenyum kearahku
“Bukan
sedikit tapi banyak!!!” bentakku padanya
“Jangan
suka marah-marah nanti cepat tua lo “ ucapnya dengan senyum jail. Bersamaan
dengan itu, aku langsung teringat dengan seseorang yang sangat kurindukan
sampai saat ini
“Biarin aja
“ cetusku padanya. Aku berlalu meninggalkannya dia karna aku sedikit emosi
mendengarnya
“Hey
tungguin...”teriaknya padaku
“Kamu suka
senja juga ya ?” tanyanya padaku. Ketika langkah kaki kami sejajar
“ Ya, aku
sangat suka senja, senja selalu indah untukku. kalau kamu bagaimana ? “ tanyaku
padanya. Dia sempat berfikir
“Aku juga
suka senja. Aku pikir, satu hari sudah kulewati moment terbaiknya ialah senja.
“ucapnya padaku
“Kamu fotografer
ya?” tanyaku padanya
“ Iya nih,
hobinya aku. kamu mau aku foto?” ucpanya padaku
“Boleh ?”
ucapku polos padanya
“hahahah....iya
boleh Ayu. Aku yang nawarin masa nggak boleh sih.” Tawanya
“Baiklah...”
ucapku sedikit malu. Aku mulai mengambil pose dan dia mulai memotretku
“Posemu kebanyakan
konyol nih, lihat deh “ ucapnya sambil mengulurkan kameranya kepadaku
“Hahahah...iyya
nih, aku kelihatan gimana gitu. ..” tawaku terus berlanjut tanpa kusadari bahwa
seseorang tengah menatapku penuh hangat hingga sore itu aku habiskan berdua
dengan dia, Andy.
***
Seperti
biasa aku selalu saja terlambat masuk kelas . Peluh di dahiku terus meluncur
dengan deras hingga aku sampai di bangku kelas.
“Selamat
datang ratu keong! Dasar lambat! Udah tau jam pertama nanti bapak Syarif masih
aja suka terlambat. “ seperti biasa Dinda akan berceloteh panjang mengenai
diriku.
“Iya manis
kayak gula jawa, ini terakhir kalinya kamu lihat aku terlambat, besok-besok aku
pasti nggak akan terlambat lagi deh.” Ucapku ditambah senyum manisku
“Alasan aja
terus “ cetusnya. Walaupun Dinda terus tapi aku yakin dia agak sampai berhenti
untuk jadi teman baikku.
“Dinda,
kamu tau gak?” tanyaku padanya
“Gak tau “
ucapnya sambil menulis tugas dari pak Syarif
“Ihhh...dengerin
dulu, kamu tau Andy gak?” tanyaku padanya .seketika dia langsung berbalik
kepadaku
“Kamu deket
sama dia? Andy anak kelas sebelah kan?” tanyanya balik kearahku
“Nggak tau
tu kalau dia anak kelas sebelah.” Ucapku padanya
“Jangan
bilang kalau kamu deket sama dia kan?” tanyanya kepadaku penuh semangat
“Nggak ah,
aku nggak deket sama dia kok!” ucapku kepadanya. Aku memang sudah mengira kalau
respon dari pasti akan seheboh ini.
“Alhamdulillah,
akhirnya Ayu kita sudah laku.”ucapnya padaku dengan mata berbinar-binar
“Apaan sih
Dinda jangan ribut tau, laku-laku lo kira gue barang apa!” teriakku padanya
“Hahaha...udahlah
Ayu gue tau kok. Namanya aja baru disebut muka udah kayak kepiting rebus tuh.”
Ucapnya meledekku. Aku langsung menaboknya memakai buku
“Aduuhhhh..iya
iya Ayu aku nyerah. Dengerin yah..setahu aku sih Andy tuh anak fotografer,
fotonya tuh bagus-bagus bahkan ada perusahan yang mengkontrak Andy dan gajinya
lumayan banyak loh. Dia itu anak yang baik, ramah, setahu gue belum ada tuh
cewek yang berhasil jadi pacarnya. Selalu aja ada cewek yang berhasil dibuat
patah hati karna dia mutusin mereka. “ ucap Dinda dengan mimik wajah serius
“ Sepertinya
julukan jomblo bakal berakhir pada Andy
dan kamu ” Lanjutnya sambil tersenyum jahil kepadaku.
“Apasih..gaje
deh.” Ucapku kepadanya. Dan akhirnya bel masuk kelas pun akhirnya berbunyi menghentikan
percakapan kami berdua.
***
Sepulang
sekolah, di sore hari kali ini aku berencana datang ke cafe untuk membeli kopi
vanilla latte kesukaanku lalu menuju ke pantai seperti rutinitasku. Diantar
oleh sopir pribadiku sendiri, akhirnya aku tiba di kafe favoritku. Sambil menunggu
kopiku jadi, aku memainkan handphone. Tanpa sadar, sebuah tangan menepuk
pundakku
“Ahhhhhhh....”
aku teriak karna terkejut
“Hey tenanglah
ayu, ini aku andy” ucapnya dengan senyum ramahnya
“Hufffft...aku
kira siapa, kamu sih bikin kaget aja. “gerutuku padanya
“Hahaha...maaf
Ayu, muka kamu lucu juga kalau kaget. Kamu pesan apa?” tanyanya
“Ohh..aku
pesan vanilla latte, kalau kamu?” ucapku
“Aku pesan
carabian nute. Habis ini kamu mau kemana ?” tanyanya
“Aku mau ke
pantai, lihat sunset lagi.”ucapku
“Kalau gitu
bareng aku aja, aku juga mau kepantai mau ambil foto, gimana ?” tanyanya
“Boleh deh.”
jawabku
***
Sesampainya
dipantai, kami mengambil tempat duduk yang tak jauh dari pantai. Aku menikmati
pemandangan sekitar. Klik..
“Andy, kamu
foto aku ya?” tanyaku
“Heheh
sorry Ayu, soalnya kamu kelihatan cantik sih.” Ucapnya. Entah mengapa mendengar
Andy mengucapkannya membuatku teringat kembali kepada seseorang.
“Hey kok
kamu melamun sih .” ucapnya menyadarkanku dari lamuanku
“Andy,
mendengarmu mengucapkan kata-kata itu membuatku selalu teringat seseorang. Dia
seseorang yang selalu kurindukan. Seandainya saja aku bisa bertemu dengan dia
mungkin akan terasa lengkap sore hari ini. “ ucapku dengar air mata yang mulai
turun di pipiku
Andy
terdiam tak juga merespon perkataanku, dia hanya terus memandangku kemudian
memegang tanganku.
“Ayu....sebernarnya
selama ini aku selalu mengikutimu. Bukan karna apa tapi ada satu hal yang harus
aku sampaikan kepadamu. Aku mengenal seseorang yang kamu cari itu. Dia adalah
teman baikku. Dia selalu bercerita tentangmu kepadaku, Ayu. Ternyata dia benar,
kamu adalah wanita yang baik, ramah dan juga pemarah. Kami biasa menghabiskan
waktu berdua disini, dipantai ini. Dia bercerita, kalau kamu juga penyuka senja
dan kenangan terbaiknya selama hidupnya ialah menghabiskan waktu senja berdua
denganmu.tapi...beberapa tahun kemudian, tuhan memanggilnya pulang karna sebuah
kecelakaan di saat di hendak kemari dan dia menitipkan surat kepadamu. Setelah
kepergiannya aku selalu datang kesini dan berharap aku bisa bertemu denganmu.
Ternyata Fatur benar, setelah sekian lama aku menunggu, akhirnya aku bisa
menemuimu di sini.“ ucapnya dengan air mata memenuhi wajahnya sambil memberikan
sebuah surat berwarna hijau muda kepadaku
.
Dear Ayu laraswati...
Aku tau kamu pasti akan datang menemuiku di Jakarta. Aku pun
tau jika kamu sudah membaca suratku ini maka aku sudah berpulang....jangan
sedih Ayuku, aku tak ingin kamu menangisiku. Aku ingin kamu menangis bukan
karna kita sudah berakhir tapi aku ingin kamu tersenyum karna aku dan kamu
pernah Bersama. Terima kasih untuk kenangan yang sudah tercipta diantara kita,
itu adalah hal yang terindah dalam hidupku. Semoga kamu bahagia bersama orang
yang layak membahagiakanmu, menemani hari-harimu melewati suka dan duka,
Bersama melihat senja dan menghabiskan waktu hingga hari tua. Aku sangat
mencintaimu.....terima kasih Ayuku......
Love
Fathur rahman.
Aku menangis sejadi-jadinya. Kupeluk erat kertas yang kini
sudah basah dipenuhi air mata olehku. Hari ini senja tak lagi indah bagiku.
Hari ini senja adalah saksi bisu betapa kehilangannya aku oleh orang yang
kurindukan selama ini....
No comments:
Post a Comment